Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Minggu 19: Tamat (untuk sementara)

Loh, kok tamat? Ada situasi yang tidak terduga berkaitan dengan progress thesis. Thesis udah selesai ditulis, dibuat 3 kopi dan diserahkan ke para calon penguji. Kemarin pagi, sensei menemui saya. Lalu mengatakan, "This is bad news..." Menurut beliau, publikasi saya yang pertama tidak bisa dihitung sebagai publikasi karena di-publish bulan Maret 2012, sementara saya masuk sebagai mahasiswa doktor April 2012. Jadi publikasi yang bisa dihitung hanya 1 - dan 1 publikasi artinya tidak memenuhi syarat untuk thesis defense. Kesimpulannya saya belum bisa wisuda semester ini - kecuali ada mujizat. Sebenarnya ada 2 manuscript yang masih under review. Kalau ada keputusan dalam minggu ini bahwa manuscript tersebut bisa publish, ada kemungkinan saya bisa mengajukan thesis defense dan lulus semester ini. Tapi kalau memang tidak bisa ya sudahlah. Opsinya ada 2. Yang pertama saya memperpanjang 1-2 semester lagi di sini (yang artinya harus menunda kepulangan ke negara tercinta), y

Minggu 20: Long Weekend

Hari Jumat, tanggal 31 Oktober kemaren mestinya draft thesis sudah harus selesai dan diserahkan ke sensei. Tapi karena sensei bilang minggu depan jg gak papa, jadinya baru saya serahkan hari ini (tanggal 4 Nov). Ternyata nggak enak nulis thesis sambil diburu-buru waktu - nggak bisa menikmati. Mestinya memang harus di-planning waktunya biar gak terlalu mepet kayak kemaren. Anyway, hari Senin kemarin (tgl 3 Nov) hari libur nasional di Jepang. Jadinya long-weekend... Sabtu, minggu dan senin bisa santai. Tiga hari itu saya juga (berusaha) santai walopun thesis-nya masih belum 100% selesai. Ada istri dan anak yang lebih berhak mendapatkan waktu libur saya ketimbang thesis. Hari ini saya bangun jam 3.30 pagi - dan mulai menyelesaikan thesis. Setelah nge-print thesis dan diserahkan ke sensei, rasanya udah ada lompatan besar menuju kelulusan. Tahap berikut yang harus disiapkan adalah pra-sidang yang sudah dijadwal tanggal 19 Nov ini... Pengujinya ada 3 profesor... Entah pra-sidang itu se

Minggu 22: Diburu tenggat waktu

Hitungan mundur minggu ke-22 menjelang wisuda. Preliminary thesis review akan dilangsungkan akhir bulan ini. Saya harus menyerahkan draft thesis-nya ke sensei pembimbing sebelum 31 Oktober. Sebenarnya nggak perlu diburu-buru tenggat waktu karena saya punya banyak waktu untuk menyelesaikannya. Tapi minggu lalu saya "sengaja" bersantai. Saya biarkan sampe waktunya mepet sehingga saya terpaksa menulis. Apa efektif? Nggak tau juga. Saya ngikuti feeling saya aja... Yang mana yang saya rasakan nyaman untuk saya, saya lakukan. Syarat untuk boleh mengajukan preliminary review adalah telah memiliki 2 publikasi internasional. Publikasi jurnal, bukan prosiding ato conference. Kalo prosiding mah, mungkin ada lebih dari 10. Saat ini publikasi jurnal saya udah 2... yang pertama saya submit di jurnal Telkomnika, salah satu jurnal terakreditasi Indonesia (yang untungnya sama sensei itu diitung sebagai publikasi). Yang kedua di Jurnal "Computational and Mathematical Methods in Medi

Minggu 24: (Mulai) Menulis Tesis

Saya hitung mundur. Kurang 24 minggu lagi jadwal wisuda. Minggu ini saya mulai menulis tesis. Saya pernah menulis tesis untuk S2, yang menurut saya, masih kurang lebih seperti menulis skripsi S1. Hanya bahasa dan struktur penulisannya lebih baik. Tesis yang saya tulis waktu di S2 masih bekutat pada coding - yang seharusnya nggak perlu. Tesis untuk S3 benar-benar lompatan besar dibandingkan dengan S2. Lompatan besar karena Tesis harus difokuskan pada keterbaruan konsep yang telah ditemukan selama melakukan penelitian, hasil apa yang telah diperoleh - dan seberapa besar dampak yang diberikan terhadap kemajuan ilmu pengetahun di bidang yang telah diteliti. Latar belakang harus jelas - bukan diada-adakan. Metode meneliti juga harus detail, sehingga ketika ada peneliti lain yang melakukan metode yang sama, hasil yang didapat tetap sama. Artikel yang telah dipublikasikan di jurnal akan menjadi bagian dari Tesis. Seharusnya saya senang karena bagi saya menulis Tesis tidaklah sesulit m

HOROR!

Gambar
Tempat kerja itu sejatinya harus membuat siapapun yang di dalamnya merasa nyaman. Perlakuan tertentu di tempat kerja bisa jadi membuat orang lain merasa nyaman, tapi tidak bisa disamaratakan. Dengan perlakuan yang sama, pegawai A bisa nyaman, tapi bisa menjadi sesuatu yang horor bagi pegawai B.  Kalau perlakuan ini hanya semacam preferensi (bukan sesuatu yang esensial), ada baiknya tidak disamaratakan. Dibuat opsional - yang suka ya monggo, yang nggak suka, ya gak usah dipaksa suka. Toh karena ini preferensi (bukan aturan ketat yang harus dijalankan), kalau tidak dijalankan juga nggak akan membuat perusahaan bangkrut. Ini salah satu contohnya, yang merupakan kejadian HOROR buat saya. Ucapan selamat ulang tahun yang disebarkan ke se-jagad raya!! ... dan saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah penyebarannya! Buat saya, hari ulang tahun itu privasi. Semua ucapan selamat yang baik akan saya aminkan dan it'll be great if you do it in PRIVATE, not pub

MMM (mulai) kolaps?

Gambar
Gatel juga pengen nulis tentang bisnis MMM. Saya iseng-iseng liat closed grup MMM Indonesia di facebook. Saat blog ini ditulis ada 73 ribu lebih anggotanya. Entah itu anggota pasif, aktif (yg ikutan main di MMM) ato sekedar gabung untuk pengen tau tentang MMM. Itupun masih belum termasuk grup-grup kecil yang lain (yang jumlah anggotanya msih ribuan). Saya berharap sebagian besar di orang2 di grup itu (dan beberapa friends saya di dalamnya) cuman sekedar gabung grup dan tidak terlibat bisnis MMM semacam ini. Sejak saya pertama kali dengar sistem MMM, saya sudah gak sreg. Keuntungan 30% yang (akan) didapatkan dengan terlebih dulu memberikan "keuntungan" kepada orang lain sudah cukup menjelaskan bahwa ini adalah model bisnis dengan skema Ponzi atau piramida. Bisnis akan terus berjalan selama ada anggota baru. Jika tidak ada anggota baru, bisnis berhenti - dan anggota-anggota terakhir akan menderita kerugian. Anggota terakhir yang sudah menransfer uang terlebih dulu, tida

Tawaran menjadi peneliti (di sini)

Saya sudah mendapatkan lampu hijau dari sensei untuk mulai menulis disertasi. Ini sesuatu yang sangat saya tunggu-tunggu. Tanpa ada kalimat "yes, you may start to write your thesis" dari sensei, saya harus terus menunggu (dan meneliti) tanpa ada kepastian kapan bisa lulus. Untungnya kalimat itu sudah terucap 2 bulan lalu sehingga saya (hampir) bisa memastikan untuk sidang thesis semester depan. Kemarin, ada farewell party untuk salah seorang mahasiswi internasional yang magang selama 2 bulan di lab kami. Party-party semacam ini adalah acara informal yang bisa digunakan untuk melakukan lobi-lobi. Sensei melobi (menghasut) mahasiswa bimbingannya untuk meneliti topik ini-itu atau mengikuti conference ini-itu, sementara mahasiswa melobi sensei untuk melengkapi lab dengan ini-itu. Situasinya informal sehingga kedua pihak bisa tawar menawar dengan lebih nyaman. Kalau di situasi formal sehari-hari, apa yang diperintahkan sensei ya harus dilakukan (walopun sambil ngomel2 di belakan

Conference di Fukuoka

Gambar
Tanggal 24-29 Juni saya ke Fukuoka untuk mengikuti CARS ( http://www.cars-int.org/ ). Salah satu abstrak saya diterima dan dijadwalkan untuk oral presentation tanggal 25 Juni. Format oral presentation adalah 12 menit presentasi dan 3 menit QA. Presentasi di international conference seperti ini  (dengan audience dari berbagai negara - mostly USA dan Europe)  lebih menarik ketimbang conference lokal yang pesertanya kebanyakan orang Jepang. Ada perbedaan mendasar model presentasi orang Jepang dengan model presentasi orang Amerika. Presentasi orang Jepang sangaaaattt TIME-ORIENTED. Jika waktu presentasi 12 menit, maka mereka akan memastikan bahwa dalam 12 menit, mereka akan selesai, dengan toleransi plus minus 30 detik. Cara mempresentasikan juga sangat "stick to the slide". Mereka dilatih untuk stick to the time dan stick to the slide. Nyaris tidak ada tambahan apapun selain dari apa yang telah disiapkan. Presenter Amerika lebih "bebas" dan spontan. Mereka bisa sec

Buku "200 Kanji Yang Paling Sering Digunakan"

Gambar
Bulan Maret lalu, tanpa saya sadari, buku Kanji yang saya tulis sudah tersedia di toko-toko buku. Buku ini diterbitkan oleh Andi Offset dan bisa dibeli online di  http://andipublisher.com/produk-0114005030-200-kanji-yang-paling-sering-digunakan.html . Sejujurnya saya bukan ahli huruf Kanji. Di awal-awal belajar, saya benar-benar struggling untuk menghafal Kanji yang jumlahnya ribuan itu. Bagi anak-anak Jepang, mempelajari Kanji dasar dibutuhkan waktu 12 tahun, dari kelas 1 SD sampai 3 SMA. Jumlah huruf Kanji yang harus dipelajari di setiap tahun ajaran berbeda-beda. Misal, Kanji untuk kelas 1 SD sejumlah 80 karakter, 2 SD sejumlah 160, 3 SD sejumlah 200, dst. Bagi kami, mahasiswa asing yang ingin mempelajari Kanji (agar sekedar bisa memahami tanda atau membaca pengumuman) tentu tidak memiliki waktu sebanyak itu untuk menghafal Kanji. Saya mengamati, dari sekian banyak Kanji, ternyata hanya beberapa ratus saja yang sering muncul di koran atau majalah. Jika kita bisa fokus untuk m

Kunjungan tanpa visa ke Jepang!

Kabar gembira bagi para traveller! Jepang resmi mengumumkan pembebasan visa warga negara Indonesia untuk kunjungan wisata selama 15 hari. Syaratnya hanya satu, yaitu memiliki e-passport. Bagi yang sudah punya e-passport, tinggal cari tiket murah AirAsia (yang kalo lg promo bisa dapet Rp. 3jt PP Indo-Jpn-Indo) lalu bisa nyelonong gitu aja bisa masuk di Haneda atau Narita. Gak pake visa-visa-an (yang kabarnya) sulit dikabulkan. Btw, e-passport berbeda dengan passport biasa. Di dalam e-passport ada informasi biometric yang unik sehingga kecil kemungkinan (mendekati tidak mungkin) untuk memalsukan passport. Kalo passport biasa, asal punya KTP, punya koneksi sama RT dan RW, bisa banget warga negara Indonesia punya lebih dari 1 passport. Kenapa sih kok harus pake e-passport segala? Ceritanya begini. Jepang ini kan lagi mendongkrak sektor pariwisata yang beberapa tahun ini menurun drastis karena issue radiasi nuklir. Tentu agar semakin banyak wisatawan berkunjung ke Jepang, prosedur mas

E-G-O

Beberapa minggu (atau bulan) terakhir ini saya banyak diajar (atau belajar) mengendalikan pride (atau ego tepatnya). Ego itu suatu perasaan bahwa kita bener dan orang lain salah. Perasaan bahwa kita gak mau disalahkan. Perasaan bahwa kita yang paling berhak untuk menghakimi, menyalahkan (atau lebih parah, menjelek2kan) orang lain. Salah satu manifestasi dari ego adalah ngeyel (dan ngotot). Orang lain ngomong apa, kita nggak mau terima, tetep ngeyel bahwa apa yang udah kita lakukan adalah yang paling bener dan orang lain yang salah. Pada titik yang ekstrim, manifestasinya adalah cuek - sak karepmu, aku gak urus. Buat saya, mengendalikan ego itu sulit - karena prinsip "gak mau salah dan gak mau disalahkan" itu tertanam di benak saya... perasaan nggak enak kalo ada yang menyalahkan itu membuat saya sulit menerima tuduhan "you're wrong!". Bener kalo ada yang bilang, "A man's greatest enemy is his own ego". Suami-suami sering berpikir bahwa mengak

Menantikan Musim Dingin

Musim dingin segera berakhir, berganti dengan musim semi yang ditandai dengan semakin murahnya harga sayur. Sepanjang tahun, musim dingin adalah musim yang paling tidak pernah saya nanti2kan. Panas 35 derajat saat musim panas sekitar bulan Juli-Agustus, masih bisa saya nikmati. Tapi dingin di bawah 5 derajat benar-benar bisa memengaruhi mood, terutama mood untuk beranjak dari tempat tidur di pagi hari... Saya jadi paham bener perasaan beruang kutub yang males keluar saat musim dingin... Sedingin-dinginnya Malang (atau Batu), dinginnya baru menusuk kulit. Di sini, dinginnya menusuk tulang dalam arti yang sesungguhnya. Jadi inget seorang profesor di tempat saya yang lulusan Australia pernah bilang, "Kalau saya disuruh ke sana (Australia) lagi, nggak mau saya... nggak kuat dinginnya". Waktu itu saya nggak benar-benar paham maksudnya. Saya pikir, "ah, kalo cuman ngadepin dingin aja, apa beratnya? Saya mau ke Australia walopun harus ngadepin dingin..." Itu dulu. Sekara

Hujan Salju

Gambar
Dua minggu lalu dan minggu lalu, Tokyo (termasuk di dalamnya Chiba) diguyur hujan salju dengan lebat. Hari itu hari Sabtu, dan saya somehow mesti nge-lab. Kalo hujan salju lebat begitu, naek sepeda mesti sangat hati-hati... Nggak cuman naik sepeda, jalan kaki aja mesti hati2. Jalan dipenuhi salju dan licin. Kesannya seperti jalan di antara es serut. Bedanya, es serut sepanjang jalan dan setebel 20-30 cm. Saya sempat mengabadikan foto dashyatnya hujan salju (yang lengkap dengan hawa dingin dan angin kencang) di kampus hari Sabtu lalu. Kalo ini bisa saya generate jadi meme picture, saya akan kasih tulisan: "PIYE KABARE, LE? SEK ENAK URIP NENG NEGORO DEWE TO???"

Oral presentation @ CARS 2014

Gambar
Notifikasi ketika abstrak diterima di International conference itu selalu menyenangkan. Rasanya seperti hasil penelitian yang udah dilakukan berbulan-bulan itu nggak sia-sia. Diakui oleh (setidaknya) panitia reviewer dan dianggap cukup layak untuk dipresentasikan di hadapan rekan-rekan sejawat.  Hari ini saya mendapatkan notifikasi dari Computer Assisted Radiology and Surgery (CARS, http://www.cars-int.org/cars_2014.html ), konferensi internasional yang fokus pada penerapan komputer untuk meningkatkan akurasi medical treatment. Konferensi ini sudah berlangsung sejak 15 tahun yang lalu, dan (sayangnya) tahun ini diselenggarakan di Fukuoka, Jepang. Saya sebenarnya berharap CARS tahun ini diadakan di negara Eropa seperti tahun-tahun sebelumnya - jadi sembari conference, bisa jalan-jalan... Kalo diselenggarakan ke Jepang, ya... sudahlah.  Yang membuat saya terhibur dengan diselenggarakan di Fukuoka adalah bahwa rekan yang juga menempuh studi S3, Pak Romy, juga tinggal di Fukuoka

Undangan menjadi reviewer

Gambar
Hari ini saya dapat email dari salah satu jurnal internasional yang sangat bergengsi, Journal of Biomechanics-nya Elsevier. Jurnal yang terkenal ketat dalam mereview paper yang masuk. Saya diundang untuk me-review salah satu manuscript yang diterima oleh mereka. Hasil review ini akan dipertimbangkan apakah manuscript tersebut akan dipublish atau tidak. Saya nggak tau bagaimana ceritanya bisa sampai diminta untuk me-review manuscript di jurnal bergengsi ini. Kemungkinan besar, mereka telah "mengamati" hasil penelitian yang telah saya publikasi. Mungkin juga rekam jajak penelitian saya (publikasi jurnal dan prosiding) telah masuk dalam database mereka. Saya yakin, undangan mereview manuscript ini hal yang sangat biasa bagi para peneliti atau guru besar. Tapi bagi saya, ini salah moment yang berharga dalam perjalanan saya sebagai mahasiswa doktor. Saya nggak terlalu pede untuk mereview manuscript tersebut. Saya memilih untuk mengklik link "If you are unable, plea

Dokter gigi di Jepang

Gambar
Kartu di atas adalah kartu klinik gigi saya. Total sudah 10 kali ke klinik gigi - dan kunjungan berikutnya dua bulan lagi (bulan Maret). Dari kunjungan di atas, coba tebak, ada berapa gigi saya yang bermasalah? Empat? Lima? Faktanya, ke-10 kunjungan di klinik gigi itu, hanya untuk merawat sebuah gigi geraham bawah. Iya, merawat SATU gigi geraham yang ada sedikit masalah dengan tambalannya. Ceritanya, gigi geraham no 31 saya pernah lubang dan ditambal di Indonesia, kurang lebih 5-6 tahun yang lalu. Bulan Oktober lalu, saya merasa ada yang nggak beres dengan tambalannya - agak sakit kalau digunakan untuk mengunyah makanan yang keras. Waktu saya sempat balik ke Indonesia, saya coba cek ke dokter gigi, dan dicek selama 2 menit, lalu dibilang tidak ada masalah dengan tambalannya. Sekembalinya ke Jepang, saya masih ngerasa ada yang nggak beres dengan tambalannya. Sakitnya seperti gigi yang berlubang kalau dibuat menguyah makanan yang keras. Saya kontrol ke klinik gigi Suzuki ( ht

Conference di Sapporo, Hokkaido

Gambar
Minggu lalu, hari Kamis dan Jumat saya mengikuti conference di Sapporo, Hokkaido, 6th Annual Meeting Japanese Society of Pulmonary Functional Imaging ( http://conv-s.com/jspfi6/index.html ). Ada dua alasan mengapa saya mengikuti conference ini - atau mengapa sensei ingin saya datang di conference ini. Pertama, karena sensei ditunjuk sebagai salah satu pembicaranya - dan topik yang disampaikan adalah hasil penelitian yang saya kerjakan dalam 4-5 bulan terakhir. Jadi sensei perlu saya untuk datang menemani agar kalau ada pertanyaan teknis, saya bisa membantu menjelaskan. Alasan kedua, karena saya juga submit abstrak di conference itu (lagi-lagi sensei yang meminta) dan lolos untuk dipresentasikan dalam sesi poster session. Conference-nya sendiri sebenernya nggak terlalu nyambung dengan engineering. Peserta dan pembicaranya lebih banyak yang berprofesi dokter dan... saya ngerasa kesasar. Setelah presentasi poster, beberapa memberikan komentar - dan saya nggak bisa paham apa maksud k

Ngelab di Jepang

Katanya... orang Jepang itu workaholic. Katanya... orang Jepang itu pantang menyerah. Katanya... orang Jepang itu pekerja keras. Mau tau situasi sebenernya yang terjadi di lab? Hari ini kami mengawali dengan group meeting, jam 9 pagi tepat. Masing-masing anggota lab mempresentasikan progress researchnya dalam seminggu terakhir, apa-apa yang udah dikerjakan. Sensei akan memberikan komentar atau arahan untuk apa-apa yang perlu dikerjakan di minggu berikutnya. Hari ini, group meeting selesai lebih cepat, sekitar jam 10.30an. Masing-masing segera kembali ke meja komputer-nya. Ngobrol2 sebentar dan tidak lama kemudian lab jadi tenang. Hanya ada suara ketukan keyboard... Beberapa mulai keluar lab sekitar jam 12 siang - kembali dengan membawa bento atau makan siang. Sekarang udah jam 19.30. Teman-teman lab saya masih belum menampakkan tanda2 akan pulang... Setiap kali saya melirik layar komputer mereka, isinya adalah coding, bacaan journal, excel, atau situs science lain... (semen