Menantikan Musim Dingin

Musim dingin segera berakhir, berganti dengan musim semi yang ditandai dengan semakin murahnya harga sayur. Sepanjang tahun, musim dingin adalah musim yang paling tidak pernah saya nanti2kan. Panas 35 derajat saat musim panas sekitar bulan Juli-Agustus, masih bisa saya nikmati. Tapi dingin di bawah 5 derajat benar-benar bisa memengaruhi mood, terutama mood untuk beranjak dari tempat tidur di pagi hari... Saya jadi paham bener perasaan beruang kutub yang males keluar saat musim dingin... Sedingin-dinginnya Malang (atau Batu), dinginnya baru menusuk kulit. Di sini, dinginnya menusuk tulang dalam arti yang sesungguhnya.

Jadi inget seorang profesor di tempat saya yang lulusan Australia pernah bilang, "Kalau saya disuruh ke sana (Australia) lagi, nggak mau saya... nggak kuat dinginnya". Waktu itu saya nggak benar-benar paham maksudnya. Saya pikir, "ah, kalo cuman ngadepin dingin aja, apa beratnya? Saya mau ke Australia walopun harus ngadepin dingin..." Itu dulu. Sekarang lain. Sepulang ke Indonesia, saya juga akan mengatakan hal yang sama dengan pak profesor itu.

Tapi tahun 2014 ini adalah tahun yang  khusus. Musim dingin tahun 2014 ini adalah musim yang paling saya nanti-nantikan lebih dari musim apapun selama saya tinggal di Jepang. Sepanjang tahun ini saya akan menantikan datangnya musim dingin. Saya akan menyambut dengan hati gembira datangnya musim dingin tahun ini.

Kenapa?

Satu alasan. Datangnya musim dingin tahun ini artinya saya akan segera lulus - dengan seizin Illahi tentunya. Lulus dan menyandang gelar Doktor (lulusan Jepang). Datangnya musim dingin berarti saya akan segera kembali ke tanah air tercinta, Indonesia. Berkumpul dengan keluarga tercinta dan kembali mengajar.

Harapan itu yang membuat saya menanti-nantikan musim dingin tahun ini.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang