Nenek dan Jam di stasiun

Jam di stasiun Inage (stasiun kereta terdekat dari tempat kami) adalah jam analog, ada jarum pendek dan jarum panjang, warna angkanya hitam dan tebal-tebal (mirip dengan jam2 kuno di stasiun2 Indonesia). Tergantung di atas platform stasiun. Setiap penumpang yang masuk ke dalam platform, dapat melihat dengan jelas jam tersebut. Setahu saya, jam tersebut tidak pernah berhenti, jarumnya selalu berada di angka yang tepat. (Di stasiun kota Malang, saya beberapa kali mendapati jamnya stasiun mati)

Kemarin saya berjalan di sekitar stasiun untuk naik bis ke kolam renang. Istri saya sedang menuju kantor stasiun dan menanyakan kepada petugas bis mana yang mesti dinaiki.

Di tengah hiruk pikuknya stasiun, tiba-tiba seorang nenek memanggil saya. Saya adalah orang paling dekat. Nenek itu agak bungkuk, membawa tongkat untuk membantunya berjalan, rambutnya sudah memutih. Tas hitam yg dibawanya sudah nampak kumal. Saya menghentikan langkah saya. Lalu berkonsentrasi dengan apa yg ditanyakan. "kono tokei, ima nanji?" (Jam itu, sekarang jam berapa?) Nenek itu menunjuk jam di atas platform. Saya nyaris mengira dia bertanya jalur Tozei berangkat jam berapa (karena jalur-jalur keberangkatan kereta tertulis di papan2 digital yg tidak begitu besar). Tapi saya segera sadar bahwa yang ditanyakan adalah jam saat sekarang.

"Jyu ichi han" (setengah dua belas) jawab saya sambil memeragakan angka 11 dengan kedua telunjuk saya. Dia mengulangi untuk memastikan. Kemudian dia berusaha untuk membungkuk lebih lagi sambil mengucapkan "arigatou gozaimasu..." Saya ikut membungkuk2kan badan sebagai isyarat bahwa saya sama sekali tidak terganggu dengan pertanyaannya. Nenek itu kemudian menyambung, "Gomen neh, me ga warui... tokei ga mienai..." (maaf ya nak, mata tua, sudah nggak bisa liat jam dengan jelas...), "oh iya2... Tidak apa2 kok."

Nenek itu melanjutkan perjalanannya dengan tertatih2. Entah apa yang ada di pikirannya setelah tahu sekarang jam setengah duabelas. Saya melihat kembali jam di stasiun itu. Jarum panjang dan jarum pendek yang berwarna hitam nampak dengan kontras dengan warna kuning jamnya. Saya merenung sebentar, kemudian mengucap syukur untuk mata yang sehat.

Saya segera menyusul istri saya yang nampaknya sudah mendapat jawaban rute bis menuju kolam renang.

Jika tulisan di blog ini masih bisa dibaca dengan baik, tanpa kesulitan, bukankah itu juga sesuatu yang patut disyukuri?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang