Hal-hal unik di Jepang (2)

Hal-hal biasa bagi orang Jepang atau yang sudah lama tinggal di Jepang. Tapi tetap saja menjadi hal yang tidak biasa bagi saya - setidaknya sampai saat ini.
  1. Rata-rata harga sebuah apel di supermarket adalah 10rb rupiah (iya, satu biji bukan satu kilo). Harga apel yang di bawah 10rb kemungkinan adalah apel yang memiliki cacat, kotor atau bentuknya kurang baik. Pembelian apel (atau buah lain seperti jeruk, apokat, atau mangga) BUKAN dalam satuan kilogram  seperti  halnya di Indonesia, melainkan dijual per buah. Harganya juga dalam kisaran 10rb rupiah per buah.
  2. Kebanyakan pengisian tanggal pada dokumen resmi menggunakan penanggalan berdasarkan pemerintahan kaisar. Setiap kaisar baru yang memerintah, maka tahun akan direset menjadi 1. Tahun 2012 adalah tahun Heisei 24, yang berarti kaisar saat ini (Kaisar Akihito) telah menjadi kaisar selama 24 tahun. 
  3. Kaisar di Jepang tidak menentukan kebijakan ataupun menjalankan roda pemerintahan. Kaisar dihormati sebagai figur pemersatu Bangsa Jepang. Rakyat Jepang bisa punya pandangan politik yang berbeda, keyakinan yang berbeda, kesukaan atau ketidaksukaan terhadap pemerintah saat ini, namun tetap memiliki respek yang sama terhadap kaisar yang memerintah saat itu. Kaisar adalah faktor penting yang membuat rakyat Jepang bersatu. Ulang tahun kaisar-pun dijadikan hari libur nasional sehingga semua orang Jepang tahun kapan ulang tahun kaisar mereka. (anyway, pak SBY kapan ultahnya?)
  4. Di setiap gerbong kereta atau bus, selalu ada priority seats yang diperuntukkan bagi lansia, ibu hamil, ibu dengan balita atau orang-orang yang menggunakan kursi roda. Bagi ibu-ibu yang sedang hamil, akan diberikan gantungan kunci khusus yang berlogo ibu hamil dari kantor kelurahan. Saat jam sibuk di mana kereta penuh sesak, akan ada orang2 yang mau merelakan tempat duduknya bagi pemegang gantungan kunci ibu hamil. Tip untuk selalu dapat tempat duduk di kereta: bawalah selalu gantungan kunci berlogo ib... ah, sudahlah.
  5. Di setiap tempat umum (stasiun, supermarket, universitas, kantor layanan publik, rumah sakit) akan selalu ada akses untuk orang2 yang disable (cacat). Selalu ada jalan di mana mereka, yang menggunakan kursi roda, akan dapat pergi ke sudut manapun dari gedung tersebut. (di universitas "international-wanna-be" MC, mahasiswa (atau dosen) dengan kursi roda apa bisa mengikuti kuliah (atau mengajar) di lt. 4? *wondering*)
  6. Kalau di Indonesia mabuk dianggap hal yang jelek, negatif, tidak sopan, hanya dilakukan oleh oknum yg kurang berpendidikan, maka tidak demikian dengan di Jepang. Sensei (yang adalah profesor atau setidaknya dosen dengan latar belakang pendidikan S3) bisa mabuk bersama dengan siswa2nya kala party seperti party akhir tahun, party menyambut siswa baru, atau party perpisahan. Siswa2nya juga bisa dengan bebas mabuk di depan senseinya. Mungkin karena manifestasi dari mabuk di Jepang hanya sebatas terpengaruh alkohol sehingga kurang dapat mengontrol kata-kata yang dikeluarkan. Sementara manifestasi mabuk di Indonesia mulai dari mengeluarkan kata2 kotor sampai merusak properti orang lain atau melakukan penganiayaan terhadap orang lain.
[Bersambung - Lanjut ke part 3]

Komentar

  1. hm...nomor 5 menarik Pak..
    padahal di depan sudah disediakan jalan untuk masuk ke gedung, sudah ada kamar kecil khusus, tapi kenapa cuma berhenti sampai di situ ya?

    otomatis kalau mau ke lantai atas harus diangkat/dibantu...

    Pelajaran yang bisa didapat: selama buah di Indonesia masih murah, makanlah buah sebanyak-banyaknya karena makan buah itu sehat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya... bener. Kapan hari ada mahasiswa yang kecelakaan (G) itu kan jg nggak harus dibantui kalo mau ikut kuliah di lantai atas...

      Hapus
  2. Sebenarnya di MC secara desain di tangga depan gedung kuliah gambar konsultannya ada ramp Pak dan tidak securam itu dan di samping lobby satpam adalah lift... tetapi dalam perjalanan liftnya tunda dan rampnya tidak dibuat... :D (*mantan staf proyek*)

    BalasHapus
  3. yg nomor 6 ga usah dibandingin aja lah... dari awal hakikatnya budaya Ina bukan budaya mabuk2an, d sini tdk spt jepang, korea, ato amrik yg biasa mabuk2an dan diskotik-an.. it udh d luar Pancasila kita.. btw, thx bt info2 keeren ttg Jepang ini.. baru tau saya, buah juale biji-an, lift, kpedulian sosial yg tggi.. mari sgera trapkn di Indonesia teman2, kcuali poin 6 tadi ya... oke.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang