Hal-hal unik di Jepang (1)

Ini tentang hal-hal unik di Jepang menurut ukuran saya. Saya cukup yakin, bagi orang Jepang sendiri (atau mereka yang sudah lama tinggal di Jepang), hal2 ini adalah hal yang biasa.
  1. Kendaraan utama mahasiswa adalah sepeda, bukan sepeda motor, bukan pula mobil. Walaupun di Indonesia sepeda motor Jepang sangat terkenal dan dipakai sebagian besar mahasiswa, ternyata di Jepang, para mahasiswa malah menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Adalah sangat tidak biasa apabila seorang mahasiswa ke kampus dengan mengendarai kendaraan bermotor (apalagi mobil). Saya kira pemerintah Jepang telah menganalisa dengan hati-hati tentang dampak penggunaan kendaraan bermotor dari sisi polusi, resiko kecelakaan dan konsumsi BBM. Kendaraan bermotor Jepang pun akhirnya hanya dijadikan komoditas di negara-negara berkembang ketimbang di Jepang sendiri.
  2. TIDAK ADA sama sekali iklan rokok di televisi, di jalan-jalan ataupun sebagai sponsor kegiatan. Rokok hanya untuk mereka yang berusia 17 tahun ke atas dan HANYA diperbolehkan merokok di tempat yang bertanda khusus. Berbeda dengan Indonesia, yang  anak SD pun bisa dengan mudah mendapatkan rokok di warung dan area merokok yang relatif bebas.
  3. Setahun sebelum lulus, mahasiswa di Jepang akan mulai berburu pekerjaan dengan mengirimkan lamaran ke berbagai perusahaan. Di bulan pertama setelah mereka lulus (biasanya bulan April), mereka segera berpindah status dari mahasiswa menjadi pegawai/salary man. Di Indonesia, mengirimkan lamaran pekerjaan dilakukan setelah mendapatkan ijasah. Ada periode "stres" bagi sarjana yang setelah lulus, namun masih belum mendapatkan panggilan kerja. Ijasah - yang menjadi syarat melamar pekerjaan di Indonesia - membuat mahasiswa di Indonesia tidak punya banyak pilihan selain mencari pekerjaan setelah lulus (menerima ijasah).
  4. Naik eskalator (atau disebut "lift" di Indonesia) memiliki aturan tertentu, yaitu: sisi kiri untuk mereka yang "diam" dan sisi kanan untuk mereka yang bergerak/berjalan naik atau turun. Aturan ini dibuat agar mereka yang butuh untuk cepat/ingin segera tiba (di atas atau di bawah), dapat menggunakan sisi kanan. Di Indonesia, mereka yang pacaran bisa dengan santai bergandengan di lift dan memonopoli baik sisi kiri maupun kanan sehingga mengakibatkan lift menjadi "buntu". Orang di belakangnya tidak punya banyak pilihan lain selain ikut berdiri di belakangnya. 
  5. Sampah dipisahkan menurut jenis (1) sampah terurai (2) plastik (3) botol plastik (4) botol gelas/kaca (5) kertas dan karton (6) barang besar dan (7) barang berbahan kimia. Setiap jenis harus diletakkan dalam plastik sampah yang berbeda. Orang Jepang sejak kecil di sekolah telah dilatih melakukan klasifikasi sampah sehingga menjadi kebiasaan - dan negaranya menjadi negara yang sangat bersih. Level mereka bukan himbauan "membuang sampah pada tempatnya", tapi "membuang sampah sesuai dengan jenisnya". Kami, orang asing yang tinggal di asrama, sangat sulit melakukan klasifikasi sampah semacam itu, sehingga pihak asrama harus mempekerjakan 2 pegawai khusus yang mengklasifikasikan sampah setiap pagi. Saya sulit memprediksikan kapan Indonesia bisa sampai pada tahap pengelolaan sampah seperti di Jepang. Ah, eniwei, di Indonesia ada tukang loak yang bisa menerima (bahkan membeli) barang elektronik bekas seperti televisi, kulkas, mesin cuci, atau microwave. Di Jepang nggak ada tukang loak, dan buang sampah elektronik HARUS BAYAR (yang bisa sampe 1jt rupiah ongkos buangnya)!
  6. Kemampuan menulis karakter kanji orang Jepang masih kalah dengan orang China. Walaupun kanji adalah aksara utama yang digunakan di Jepang, namun ada banyak karakter yang bisa-dibaca tapi kesulitan (lupa) ketika disuruh menuliskan. Beberapa kali saya mendapati guru kelas Bahasa Jepang kami, mengucapkan suatu karakter, namun kesulitan untuk menuliskannya. Mahasiswa dari China atau Taiwan dengan santainya menuliskan karakter yang dimaksud.

Komentar

  1. Kalau saya berarti anak harus digendong ya Pak pas naik eskalator... ;) Dulu saya pernah diomelin pas mau naik MTR di HK karena dengan PD di eskalator yg sempit (dibanding eskalator mall2) naro tangan kiri megang handrail dan naro badan di kanan.Sungguh keterlaluan.... mungkin gitu pikiran yg ngomelin saya...

    BalasHapus
  2. Iya bu, biasanya orang Jepang kalo naek eskalator, anaknya either digendong ato berdiri di depan/belakang... Tp kalo di Indo, ya karena nggak ada aturan gitu, digandengpun orang jg nggak komplain. :)

    BalasHapus
  3. Eskalator bukannya tangga berjalan ya, Pak? Setahu saya elevator yang istilahnya "lift" :D CMIIW

    Wah saya baru tahu kalo nda boleh buang sampah elektronik. Berarti juga nda ada semacam tukang rombeng donk :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, eskalator itu tangga berjalan. Kalo di Indo banyak yang bilang "lift"... tapi mungkin salah kaprah juga kalo dibilang "lift"...

      Hapus
  4. sampe skrg saya tinggal di desa Suko, sidoarjo.. sy usahakan buang sampah pet botol, sepatu, sandal bekas, plastik sy pisahkan dr burnable things.. krn miris liat sungai bnyk gomi nya...

    BalasHapus
  5. kapan ya bisa ada kesempatan jalan jalan ke jepang :(

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang