Sekilas Korea


Kemarin saya (dan dua rekan lab) tiba di Seoul, Korea - untuk pertama kalinya. Tujuan kami untuk mengikuti conference IFMIA di mana kami akan mempresentasikan hasil penelitian kami.

Pengalaman buta-aksara kembali terulang, seperti saat pertama kali saya tiba di Jepang. Saya baru sadar, bahwa pengetahuan akan karakter Hangeul saya NOL BESAR. Tidak ada satu karakter-pun yang berhasil saya decode. Saya kira, negara2 Asia Timur seperti Jepang, Korea, Mongol, atau China, bisa bangga karena mereka punya karakter khusus dalam bahasanya. Mereka yg bisa membaca dalam alfabet mendadak buta huruf ketika berhadapan dengan karakter-karakter tersebut. Saya berandai-andai, kalau saja aksara jawa atau huruf palawa menjadi karakter sebagai identitas bahasa Indonesia... Ah, never mind.

Karena saya berangkat dengan dua rekan lab - yang adalah Japanese -, maka saya ngikut aja rencana mereka. Jarak dari Incheon Airport ke hotel, cukup jauh. 140Km yang bisa ditempuh dengan bus atau kereta. Mereka sepakat untuk menempuh perjalanan dengan cara yg nggak seru (menurut saya), yaitu naik limosine bus yang tinggal-duduk-tidur-lalu-tau-tau-sampai-hotel. Kalo saja saya sendirian, saya pasti sudah memilih untuk naik kereta yang paling nggak 3 kali ganti kereta. Dengan cara seperti itu, saya merasa bisa benar-benar menikmati perjalanan, ketimbang tinggal-duduk-tau-tau-sampai.

Yang saya agak surprise adalah ketika melihat banyaknya bangunan gereja di sepanjang perjalanan ke hotel. Hampir 3-4 Km nampak bangunan gereja. Kurang lebih sama seperti bangunan masjid yang banyak ditemui di Indonesia. Sepertinya, seperti yang sering saya dengar, pertumbuhan kekristenan di Korea beberapa puluh tahun terakhir, memang meningkat dengan signifikan.

Malam hari, ketika kami berjalan2 di sekitar kompleks hotel untuk makan malam, kami sekali lagi kesulitan mengartikan apa yang tertera di menu makanan. Tidak ada foto makanan, hanya tulisan dalam Hangeul beserta harga. Bahkan untuk berkomunikasi dengan pelayan, tidak satu kata dalam bahasa Korea-pun yang berhasil kami ucapkan dan dipahami oleh pelayan. Mencoba berbicara dalam Bahasa Jepang dan Inggris, semuanya sia-sia. Lalu? Ya, sudah... Kami secara acak menunjuk menu makanan dalam menu bertuliskan Hangeul itu. We have NO IDEA what kind of food we're going to eat. Just order by faith.

Hasilnya? Kami, atau setidaknya saya, tidak bisa menikmati makanan yang kami pesan. Dalam 1 jam, saya sudah lupa rasa makanannya yang entah-namanya-apa. Sesampai di hotel, saya membuka bekal makanan dan snack yang sudah disiapkan istri sebelum saya berangkat ke Korea. Jauh lebiiih enaaak ketimbang makanan Korea yang tadi saya makan.

----
Beberapa catatan penting saat di Jepang:

Akses kereta dari Chiba (atau Tokyo) ke bandara Narita ternyata SANGAT terbatas. Kereta hanya jalan satu jam sekali. Artinya, kalo kelewatan satu kereta, maka kita baru bisa sampai ke Narita satu jam berikutnya! Pastikan berangkat lebih 3-4 jam sebelum waktu departure. Lain dengan jalur kereta ke bandara Haneda yang ada hampir tiap 5 menit sekali.

Saya naik Asiana Airlines yang checkin di terminal 1, pintu gerbang selatan, counter G. Tidak ada fasilitas self-checkin. Artinya, harus ANTRI yang cukup panjang sebelum mendapatkan boarding pass. Lebih baik tiba awal untuk checkin, daripada harus terburu2 kuatir ketinggalan pesawat.

"unknown dinner"
kampus KAIST yang artistik



plakat ajakan untuk doa bersama/fellowship  yang banyak ditemukan di papan pengumuman universitas


Komentar

  1. Wah, bapak berkunjung ke KAIST pak? Bagaimana suasana di KAIST pak? Saya rencana akan apply beasiswa ke KAIST tahun 2013... =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kampus KAIST bagus Jim, saya kira research mereka nggak kalah dengan research di US ato Eropa. Tata kotanya jg bagus, nyaman untuk ditinggali. Good luck untuk aplikasi beasiswanya. Kabar2i ya kalo sudah di sana. :)

      Hapus
    2. Wah, kalo gitu saya harus diterima ini pak, hehe.. Doain ya pak Win. Saya lagi persiapkan semua dokumennya dan kira2 nanti bulan Maret saya kirim aplikasinya.
      Oh ya pak, Happy Christmas buat pak Windra dan sekeluarga. =)

      Hapus
  2. Pak win, nama makanan yg di foto itu mul naengmyeon alias mie dingin, hahaha

    BalasHapus
  3. Ahaha2... thanks Stevi! Laen kalo ke Korea lagi, saya bisa lebih pe-de klo mau pesen. :)

    BalasHapus
  4. hehe, sama2 pak, kalau pak win suka makanan pedas lebih enak lagi yang bibim naengmyeon, sama2 mie dingin, cuma yang ini dicampur dengan semacam pasta cabai (gochujang) yang nanti rasanya jadi lebih manis dan sedikit pedas..:D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang