Enjoying Golden Week (part 1)

Enjoying Golden Week
Part 1, episode: Golden week is coming


Bayangkan, dalam 7 hari ada 4 hari besar (libur) berturut-turut! Empat hari besar yang jatuh di minggu pertama bulan Mei (musim semi, musim terbaik sepanjang tahun dengan suhu yang hangat, cuaca yang cerah dan bunga2 mekar dengan indahnya di sepanjang jalan). Orang-orang Jepang menyebut minggu tersebut sebagai Golden week. Di Indonesia, libur semacam ini mirip dengan libur Lebaran di mana hampir semua aktivitas kantor diliburkan selama seminggu penuh, sekolah diliburkan, dan sebagian besar warga menghabiskan waktunya untuk pulang kampung atau berlibur bersama keluarga. Di Amerika atau Eropa, Golden week setara dengan libur natal dan tahun baru yang juga merupakan hari libur berturut-turut.

Tahun ini adalah tahun pertama kami menikmati Golden week di Jepang. Saya meliburkan diri, menghentikan total kegiatan research. Tempat istri saya belajar bahasa Jepang, Ichikawa Language Institute, juga diliburkan selama seminggu penuh. Waktu yang sempurna untuk berlibur panjang!

Beberapa hari sebelum Golden week, kami mulai memikirkan untuk mengisi waktu selama Golden Week. Bagaimana kalau travelling? Sounds great! Golden week memang banyak dimanfaatkan untuk berlibur ke luar negeri. Bagi sebagian besar orang Indonesia, liburan ke luar negeri, kelihatannya borju, menghambur2kan uang dan hanya dapat dinikmati oleh orang2 kaya...

Di Jepang, biaya liburan ke luar negeri malah lebih murah ketimbang stay di negaranya. Kalau mereka berlibur ke Australia, biaya hidup (makan, transportasi, tempat tinggal) bisa lebih murah sampai 10-20% dibandingkan kalau berlibur di Jepang sendiri. Kalau mereka berlibur ke negara tetangga, Taiwan, Korea atau China, biaya hidup bisa lebih murah sampai 40%. Sementara kalau berlibur ke Indonesia, biaya hidup bahkan bisa 70% lebih murah (dan resiko kecopetan di terminal bus atau dipalak ketika sampai di bea cukai meningkat sampai 80%).

Tiket pesawat juga tidak terlalu mahal menurut ukuran seorang pegawai biasa ataupun mahasiswa yang punya kerja part-time. Dengan 50rb yen (yang setara dengan upah kerja part-time selama seminggu), bisa dapet tiket ke Eropa. Dengan 25rb-30rb yen (atau setara dengan 1/10 gaji pegawai biasa di Jepang), mereka bisa mendapatkan tiket pesawat PP ke Taiwan, Korea atau China. Bahkan maskapai penerbangan Australia (Jetstar) memberikan promo penerbangan selama Golden Week untuk keberangkatan dari Tokyo - Sydney hanya 9800 yen! (sekitar 1jt rupiah) - murah banget... Lah wong tiket kereta Shinkansen untuk jarak 300Km bisa sampe 13.000 yen.

Jadi Golden week kali ini tidak kami sia-siakan. Kami travelling!
Tujuannya?

Korea? Bagus juga walopun kami sama-sama tidak mengerti bahasa Korea. Taiwan atau China? Istri saya tidak akan kesulitan berkomunikasi di sana. Australia? Emm... Bisa dipertimbangkan. Eropa? Keliatannya keren! Eh, bagaimana kalau pulang ke Indonesia, menikmati soto ayam lombok atau tempe penyet? Aha!

Dan berdasarkan meeting Swastika's Family di bulan April lalu, liburan Golden week di awal Mei 2011 ini kami sepakat untuk travelling ke...

Kami sepakat untuk ke Ishinomaki, propinsi Miyagi. Salah satu kota terparah yang dihancurkan oleh tsunami setinggi 6 meter pada 11 Maret 2011 lalu. Kami akan menjadi sukarelawan di sana.

-----


Ishinomaki adalah sebuah kota kecil yang tenang dengan pemandangan laut yang indah. Jumlah penduduk hanya 160rb jiwa (jauh lebih sedikit dibandingkan populasi kota Malang yang mencapai 800rb jiwa atau Tokyo yang mencapai lebih dari 12juta jiwa). Pemandangan hijaunya pohon-pohon yang berjajar dengan rapi, indahnya bukit dan gunung di kejauhan, birunya laut menjadi pemandangan alami yang indah sepanjang perjalanan menuju kota Ishinomaki. Gedung-gedung tinggi, mall, hiruk pikuk manusia yang berlalu lalang dan keramaian yang dirasakan di Tokyo, nyaris tidak terasa. Tipikal kota kecil di mana penduduknya hidup berdampingan dengan damai dan ramah satu dengan lain.

Tanggal 11 Maret 2011, kota kecil yang indah, tenang, dan damai ini berubah jadi mimpi buruk bagi 160 ribu penduduknya. Pukul 14:55, beberapa menit setelah gempa 9.0 skala richter, sirine di pantai meraung-raung dan tak henti2nya memberikan pengumuman bagi warganya, "Pukul 15.00, tsunami setinggi 6 meter akan masuk ke kota, segera pergi menuju daratan tinggi.". Waktu 5 menit bukan waktu yang lama untuk packing. Bukan waktu yang lama untuk memberi kabar kepada teman/keluarga yang masih belum tahu apa yang terjadi. Bukan waktu yang lama untuk menyelamatkan diri menuju daratan tinggi. Tsunami setinggi 6 meter itu benar-benar datang. Tidak ada yang bisa mencegah. Teknologi yang ada baru sebatas memberikan peringatan, bukan menghalangi ombak tsunami dengan kecepatan 800km/jam itu untuk "berkunjung" ke kota Ishinomaki.

Malam hari , Tsunami sudah mulai kembali ke laut. Menyisakan ribuan mayat yang tergantung di gedung-gedung yang hancur ataupun bergelimpangan di sekitar pesisir pantai karena terseret tsunami. Sepuluh ribu orang lebih meninggal. Ratusan ribu orang kehilangan keluarga dan harta benda. Pasokan makanan sangat terbatas. Tidak ada listrik dan air bersih bagi korban tsunami yang harus tinggal di tempat-tempat penampungan darurat.

Kota Ishinomaki yang tenang dan indah itu telah berubah total dalam satu hari. Hancur lebur dengan bau amis laut yang menyengat.


----
Kami sudah tiba kembali dengan selamat di Chiba. Apa yang kami lihat, alami, dan lakukan di kota Ishinomaki selama 2 hari 2 malam sebagai sukarelawan adalah pengalaman yang tak terlupakan. Pengalaman kehidupan yang berharga, membuat kami semakin menghargai nafas kehidupan yang masih Tuhan percayakan untuk diberikan kepada kami hari ini.

(bersambung)

  • Foto 1, sumber: http://img.4travel.jp/img/tcs/t/album/lrg/10/32/74/lrg_10327417.jpg?20101005193513
  • Foto 2 dan 3 diambil dengan menggunakan kamera Blackberry 8520.

Komentar

  1. Hallo. Saya akan berpergian ke jepang tgl 3-9 mei 2016 dan kebetulan baru menyadari kalau itu adalah golden week. Sekarang saya agak degdegan karena membaca hampir semua blog bilang "avoid these period to travel"

    Apakah benar seramai itu? Apa benar benar susah menikmati objek wisata disana? Any advice ga? Thank you

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pergi ke amusement park seperti disneyland atau universal studio, sebaiknya bersiap2 untuk looooong queue. saran saya, enjoy keramaiannya dan hiruk pikuk-nya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang