Harapan datangnya musim semi

Seorang bijak pernah mengatakan, "Untuk segala sesuatu ada saatnya." So true.

Sejak bulan Desember tahun lalu, saya mengalami musim dingin, yang mana pengalaman baru bagi saya. Pengalaman baru, karena sejak lahir, saya tinggal di negara tropis dengan cuaca yang sangat bersahabat dan suhu berkisar antara 21-24 derajat celcius sepanjang tahun. Hangat, menyenangkan dan wajib disyukuri.

Dalam 3 bulan terakhir, untuk pertama kalinya saya hidup di lingkungan bersuhu di bawah 10 derajat (beberapa hari berturut-turut di bulan Februari sempat berkisar 0-4 derajat), total sudah 4x melihat hujan salju dengan salju yang jatuh sebesar kelereng (walopun pas jatuh nggak seberat kelereng). Tanaman lombok yang saya tanam sejak bulan November, nyaris tidak menunjukkan adanya pertumbuhan di musim dingin ini. Dua di antaranya ada tanda2 akan mati.

Hari-hari ini, suhu sudah mulai bersahabat walaupun masih di bawah 10. Prakiraan cuaca meramalkan minggu depan suhu sudah di atas 10 derajat dan mulai memasuki musim terbaik sepanjang tahun, yaitu musim semi.

Gimana rasanya hidup di lingkungan dengan suhu di bawah 10 derajat? Dingin... Serasa masuk kulkas tiap hari. Tapi saya tetap menikmati... Setiap hari, bersepeda 15 menit untuk menikmati "sejuk"nya pagi hari di musim dingin ketika berangkat ke kampus dan another 15 minutes saat pulang. Kecepatan angin dingin-nan-lembab yang menerpa bisa mencapai 25km/jam (yang membutuhkan ekstra tenaga untuk mengayuh sepeda ketika angin datang dari arah berlawanan), kadang harus menerjang hujan (air) atau salju sepanjang perjalanan pergi atau pulang ke kampus. (btw, di jepang, sepeda adalah sarana transportasi utama mahasiswa... Sejak menginjakkan kaki di kampus, saya nggak pernah liat ada mahasiswa yang naek sepeda motor apalagi bawa mobil pribadi ke kampus... hampir semua naek sepeda ato jalan kaki). Yet, I enjoy winter... It is enjoyable. Nggak perlu dikeluhkan, disesali apalagi sampe disumpahi mandul 7 turunan. Dinikmati aja.

Kenapa musim dingin bisa dinikmati? Karena musim dingin nggak akan berlangsung selamanya... Ada saatnya musim dingin berakhir dan digantikan oleh musim semi. Sekarang, saat-saat musim dingin akan segera berakhir. Saat-saat musim semi akan segera dimulai. "Untuk segala sesuatu ada saatnya." So true.

Harapan datangnya musim semi, membuat saya bisa menikmati musim dingin.

So is life. Saat kita punya harapan akan sesuatu, kita akan menikmati hidup. Tanpa ada harapan, semua yang kita kerjakan akan nampak membosankan atau bahkan menyiksa.
  • Mahasiswa yang punya harapan untuk lulus akan bisa menikmati "asyiknya" kuliah. Sementara yang nggak punya harapan untuk lulus, masuk kuliah pun malas dan nggak berdaya ketika ada tugas yang menyulitkan.
  • Pegawai yang punya harapan bahwa tempat kerjanya akan memberikan penghidupan yang lebih baik, akan bergairah datang ke kantor, mengerjakan tugas2nya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab, sementara pegawai yang nggak punya harapan terhadap tempat kerjanya, nggak akan menikmati pekerjaannya... ato malah komplain ketika diberi pekerjaan.
  • Seorang yang berharap punya bisnis sendiri, nggak akan bosan untuk terus belajar tentang perbankan, investasi, pajak, properti atau bidang wirausaha lain, sementara yang nggak punya harapan untuk punya bisnis, nggak akan repot2 belajar hal2 itu.
  • Seseorang yang punya harapan menjadi penyanyi top, olahragawan terbaik, dokter spesialis, nggak akan lelah belajar di bidang yang digelutinya.
  • Pengusaha yang berharap bisnisnya akan menjadi besar, pasti bersemangat untuk mencari macam2 peluang untuk ekspansi usahanya, sementara pengusaha yang putus harapan untuk melunasi utang2nya, akan stres, depresi dan mungkin bunuh diri.
  • Orang tua yang punya harapan besar untuk anaknya, akan berusaha memenuhi kebutuhan anak2nya dengan apapun yang dipunyainya, akan memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya. Sementara orang tua yang sudah hopeless terhadap anaknya, akan menganggap mengurus anak hanya hal yang merepotkan.
  • Pengajar yang punya harapan bahwa suatu saat anak didiknya akan menguasai apa yang diajarkannya, akan dengan penuh semangat mengajar dan memotivasi anak didiknya untuk terus belajar. Sementara dosen yang hopeless terhadap mahasiswa yang diajar, nggak akan repot2 memberi tugas, nggak akan repot2 mengoreksi kuis, nggak akan repot2 bikin soal uas dan nggak akan repot2 mengajar tepat waktu.
Punya atau tidaknya harapan, sangat memengaruhi tindakan. Tanpa harapan, semua jadi nggak bisa dinikmati. Sama seperti seandainya saya nggak tau kapan musim dingin akan berakhir, pasti musim dingin akan sangat menyiksa. Harapan datangnya musim semi, sungguh membuat musim dingin bisa dijalani tanpa keluhan.

Have hope... Akan ada saatnya "musim dingin" berubah menjadi "musim semi". Karena untuk segala sesuatu ada saatnya.

So true.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial