Gempa dan teknologi di Jepang

Menjelang jam 3 kemarin, ada getaran2 kecil yang saya rasakan ketika saya makan siang di Lab (walaupun tinggal di Jepang, perut saya masih ikut Waktu Indonesia). Rekan2 di lab (yang mana labnya di Lt. 4) nampak tenang sambil berkomentar dengan kata kunci jishin (地震). Selama ini juga begitu. Kalau ada getaran akibat gempa (yang sdh saya rasakan 6 kali sejak saya tiba di Jepang), mereka tenang2 aja, kadang malah sambil ketawa2.

Kali ini gempanya beda. Bukannya berhenti, tapi getarannya makin besar sampai membuat buku, alat2 tulis dan dokumen2 yang ada di atas meja meja jatuh ke lantai. Itu baru awalnya. Beberapa rekan berdiri. Saya menghentikan makan, ikut berdiri, memegangi monitor flat komputer saya agar tidak jatuh. Beberapa monitor dan CPU mulai terlihat jatuh dari meja saking kerasnya getaran. Buku2 dan barang2 kecil sudah berserakan tak karuan di lantai, berguncang2 karena getaran gempa. Lab nampak berantakan. Tangan saya yang satu memegang monitor lain yang nyaris jatuh. Seorang rekan nampak sudah berlindung di bawah kolong meja komputer. Walaupun getaran sudah di luar batas kewajaran gempa yang biasa terjadi, tidak terdengar teriakan panik atau berebut keluar dari gedung.

Saya juga merasa tidak alasan untuk panik. Gedung2 di Jepang dirancang tahan gempa. Saya melihat di luar jendela, getarannya membuat mobil2 juga bergoyang2... Beberapa orang terlihat keluar dari gedung. Tidak ada tanda2 kepanikan atau teriakan histeris. Tertib, teratur, dan tidak berhamburan.

Kami di Lab, memutuskan untuk keluar setelah gempa tidak juga segera berhenti. Guncangan yang ditimbulkan sudah di luar batas kewajaran. Rekan lab yang paling senior segera memberikan instruksi untuk keluar dari lab. Saya memperhatikan, setelah semua keluar dari lab, barulah dia menutup pintu lab, dan mengikuti kami turun tangga. Getaran masih mengguncang2 kami ketika kami turun dari tangga.

-----
Hingga malam hari, gempa susulan masih terasa. Semua program televisi dihentikan, digantikan dengan laporan langsung dari lokasi gempa dan tsunami. Suara helikopter yang menderu-deru sesekali masih terdengar.
-----

Tahun 2004 silam, Aceh diguncang gempa berkekuatan 8.5, dan diikuti tsunami setinggi kurang lebih 10 meter yang menyapu sampai 9 km dari pesisir pantai. Diperkirakan 150rb korban jiwa meniggal karena tsunami aceh. Infrastruktur rusak parah dan pemulihan butuh waktu berbulan2.

Di Jepang, dicatat gempa kali ini berkekuatan 8.8 - lebih besar dari gempa Aceh, dan diikuti dengan tsunami setinggi 10 meter, menyapu sampai 24 km dari pesisir pantai dan masuk ke kota Miyagi (hampir 3 kali lebih panjang dari sapuan Aceh). Pagi ini, update berita menunjukkan jumlah korban jiwa mencapai 400 orang meninggal, sementara 650 lainnya belum diketahui.

Dari apa yang saya lihat, teknologi pendeteksian dini tsunami dan gempa di Jepang telah membuat perbedaan besar korban jiwa. Seratus lima puluh ribu berbanding dengan seribu (update terakhir 25 Maret 2011: sepuluh ribu meninggal dunia). Penelitian saya nggak ada kena mengenanya dengan teknologi gempa... Tapi, dampak teknologi yang diterapkan untuk menanggulangi gempa benar2 membuat saya sadar bagaimana peranan teknologi untuk menyelamatkan nyawa manusia ketika harus berhadapan dengan alam. Seandainya teknologi yang sama diterapkan 6 tahun silam untuk mendeteksi tsunami aceh, puluhan ribu nyawa akan dapat diselamatkan. Sebagai (calon) ilmuwan, saya berharap teknologi yang saat ini saya pelajari (Medical engineering), kelak dapat saya terapkan di Indonesia, dapat saya tularkan untuk generasi muda negara saya, Indonesia - dan memberikan dampak yang sama seperti halnya dampak penerapan teknologi pendeteksian dini tsunami.


Komentar

  1. makae ko, cpetan plg indo spy negara kita juga bisa pny teknologi yang keren kaya gituuuu... hahahaha..

    btw, ko2 masi bisa update blog dengan artikel yang pjg2 ky gini brarti masi sehat wal'afiat dong? syukur de.. ^^

    BalasHapus
  2. gempa di banda aceh kekuatannya 9.1 mas

    BalasHapus
  3. Sangar ndra...hebat..

    Aku sik mbulet nang Udayana awakmu wis blakrakan tekan Jepang.

    Tak pikir sido gae ausaid koyo rencana pas S2 biyen...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial