Prejudice and Judgement
Menurut KKWI (Kamus Kecil WIndra yang belum disempurnakan), prejudice berarti prasangka negatif yang dirasakan dalam hati seseorang kepada seorang lain. Atau kacamata yang kita letakkan pada hati kita untuk kita membuat penilaian terhadap orang lain (yang kita sendiri sebenarnya nggak tau apakah penilaian kita benar atau nggak). Dasar penilaiannya adalah "kata orang", "berita" atau "perasaan dalam hati".
Kasihan orang yang jadi korban prejudice orang lain. Apalagi kalo sampe si empunya prejudice menyebarkan prejudice-nya kepada teman-temannya... "Eh, si anu itu kayaknya sombong ya...", "Eh, si itu sifatnya jelek loh, jangan dideketi..." Yang jadi korban prejudice yang nggak tau apa-apa tiba-tiba jadi nggak disukai tanpa sebab yang jelas dan nggak punya kesempatan untuk explain apapun (padahal yang di-prejudice-kan belum tentu benar).
Tapi, sepertinya yang lebih kasian adalah yang orang yang punya (ato menyebarkan) prejudice itu. Betapa tersiksanya hidup dalam prejudice seperti itu. Tindakannya akan amaaaaattt sangat dibatasi oleh prejudice-nya sendiri. Dia akan kehilangan banyak kesempatan dalam hidupnya gara-gara prejudice dalam kepalanya toward someone, dia jadi tidak (berani) melakukan apa-apa karena prejudice yang ada dalam pikirannya... ato malah melakukan sesuatu yang negatif, misalnya memusuhi atau bahkan memutus komunikasi.
Lain prejudice, lain judgement. Judgement berarti nilai jelek yang kita berikan kepada seseorang karena suatu tindakan yang dia lakukan, dan penilaian tersebut berdasarkan apa yang ada dalam otak kita yang kecil dan terbatas ini (ngeyelan lagi). Kita sering memberi nilai jelek terhadap orang lain berdasarkan sesuatu yang dia lakukan. Misalnya, gara-gara berpapasan dengan rekan kerja, kemudian dia nggak nyapa maka kita langsung judge, "dasar sombong! kalo mau ngajak musuhan siapa takut?", ato ketika kita lagi asyik-asyik ngobrol kemudian ada seorang rekan yang tiba-tiba ngeloyor pergi, kita langsung judge, "nggak sopan! pasti dia nggak suka dengan apa yang kita bicarakan! kita musuhin aja dia...!", ato ketika pimpinan memberikan tugas yang rasanya terlalu banyak, kita langsung judge sebagai pimpinan yang mau enaknya aja, "Dasar pimpinan mau enaknya aja, yang berat-berat dikasi ke bawahannya, dia yang gajinya gedhe sendiri...", ato kalo kita pimpinan, kita dengan mudah membuat judgement terhadap bawahan yang kurang cekatan, "gitu aja kok nggak bisa? gitu aja kok sampe lama? gitu aja nggak selesai2...", ato kalo ada artis yang kena gosip video mesum, kita langsung judge, "..." (hayo ngaku, punya judgement apa sama si seleb itu?)
Percayalah, jika tidak ada dua kata ini, yaitu prejudice dan judgement, dunia akan menjadi jauuuuuhhh lebih baik. Bayangkan bahwa setiap orang menerima kita tanpa ada prasangka. Bayangkan ketika apapun yang kita lakukan dengan intensi yang baik, tidak disalahpahami oleh siapapun... I wish I met all people in that attitude... Tapi, ya itu... Ini kan bukan perfect world.
Bagaimana kalo kita mulai dari diri kita? Mari kita hilangkan kata "prejudice" dan "judgement" dalam kamus pertemanan. Pasti menyenangkan bisa berteman dengan seseorang yang nggak punya prejudice dan judgement...
(NB. Insipired dari aawmmh, yang nyaris tidak pernah punya prejudice ataupun menghakimi orang lain... Terima kasih sudah memberi contoh bahwa menghilangkan prejudice dan judgement itu bukan hal yang nggak mungkin)
Komentar
Posting Komentar