Bulan-bulan Tesis: Hamil

Pilih jawaban yang benar.
Apa hubungan antara membuat tesis dengan hamil?
a. Wanita hamil dilarang membuat tesis.
b. Mengerjakan tesis dapat membuat hamil.
c. Membuat tesis dapat menunda kehamilan.
d. Untuk mengerjakan tesis, perlu hamil terlebih dulu.

Silahkan dijawab. But, if can't find the answer, that's fine. You may think that I'm just kidding. But, in a VERY serious note, one of those options are the answer. IT HAPPENED TO ME! Masa...? YEP! It DOES happen to me. Read the options and guess which one is happenning to me. You may keep your answer and see whether we have same thought.

Bagi yang menjawab dengan opsi a:
Wanita hamil dilarang membuat tesis
Mungkin kamu mikir bahwa saat ngadakan penelitian, kita bakalan butuh keseriusan, butuh ketekunan, butuh kerja keras, harus meras otak dan kerja siang malem. Jelas kondisi kayak gini nggak kondusif bagi wanita hamil. Jadi, kalo sedang hamil, ya jangan bikin tesis, demi keselamatan bayi. Hei, siapa tahu nanti bayi itu akan jadi seorang peneliti besar...? Bayangkan, lha wong sejak di kandungan DNA peneliti-nya udah di-ON-kan oleh si ibu yang siang malem meneliti. Who knows?

Bagi yang menjawab dengan opsi b:
Mengerjakan tesis dapat membuat hamil
I'm a bit confused for those who choose this one. Mengerjakan tesis dapat membuat hamil? Hamil darimana? Ketika bikin tesis, saya jelas nggak berencana untuk hamil dan nggak kepingin hamil. Even istri saya kelak, nggak saya hamili dengan cara membuat tesis. Cara yang nggak manusiawi... menghamili dengan membuat tesis. Duh, gak kebayang (dan please, nggak usah diterus2kan bayangkan).

Bagi yang menjawab dengan opsi c:
Membuat tesis dapat menunda kehamilan
Hmmm... Make sense ya? Gara2 sibuk bikin tesis, jadi nggak punya waktu selain ngurus tesisnya. Jadinya kuper, nggak gaul (*)... (dan akhirnya nggak sempet meng-*-i). Jadi nggak salah juga kalo tesis dapat menunda kehamilan... Tapi, this option didn't happen to me. Unless I already have a wife, then, probably this option could have been happened to me. But, I promise this won't happen... Family comes first.

Jadi jawabannya tinggal d.
Untuk mengerjakan tesis, perlu hamil terlebih dulu.
Loh kok? Jadi? Sebelum kerja tesis sebaiknya hamil? Emang knapa kok harus hamil? Nggak bisa emang kalo nggak hamil? Lah, kalo cowok gimana bisa hamil? Kok aneh?

Jawabnya adalah d. Untuk mengerjakan tesis, perlu hamil terlebih dulu.

It's true. Saya hamil. Hamil tua malah. Itu hasil percintaan saya dengan the-girl-who-..., eh, bukan2... maksut saya dengan JST, Jaringan Syaraf Tiruan, topik tesis saya. You may notice in last couple postings that I'm so in love with this JST. I've been working with her for the last 2 month, day and night we spent time together in either good or bad times. Even the food I ate tastes like JST. Dan minggu2 ini, saya sedang menunggu kelahiran bayi ini. Saat lahir, bayi itu akan segera punya nama, yaitu... "MAGISTER TEKNIK (MT)".

So, opsi d. Untuk mengerjakan tesis, sebaiknya hamil terlebih dulu, jadi make sense kan? Sebenernya, it works bukan cmn dalam pengerjaan tesis. It does work in every aspect of our life.

Let me explain, as we already know, kehamilan secara fisik itu bisa terjadi ketika sperma bertemu dengan sel telur, lalu terjadi pembuahan. Butuh inkubator, wadah, container untuk menyimpan dan melindungi hasil pembuahan tersebut. God already designed a womb as the container to protect it. Dan sebelum bayi hasil pembuahan itu keluar, bisa dilihat (dan bisa ditimang2), ada yang namanya proses kehamilan. It's not instantaneous. Kehamilan manusia takes 9 months before the baby born.

And what is true in physical realm, also true in spirit realm, except that physical realm limitted by space and time, and spirit realm has are not limitted by either space or time.

Pikiran kita ini menjadi wadah untuk hasil pembuahan... (Gosh, I'm trembling when got this revelation, WHAT A GREAT GOD!). Pikiran kita ini menjadi wadah untuk hasil pembuahan "sperma" dan "sel telur". Yang jadi "sperma" adalah ide, visi, gagasan, intuisi... Dan yang menjadi "sel telur" adalah mindset kita. Jutaan "sperma" memborbadir pikiran kita setiap hari. Jutaan "sperma" itu menembus dan siap membuahi "sel telur" yang ada. Tapi ketika "sperma" itu masuk, the critical question will be, apakah ada "sel telur" yang siap dibuahi? If the egg-cell is ready to be fertilized, then POP! you're "pregnant"... Tapi kalo nggak ada sel telur yang siap dibuahi, then the sperms will die (what is true in physical realm, also true in spirit realm, wow!).

How do we get HIGH QUALITY SPERM? Simple, if you have intimacy with God, you spend time with HIM daily, read HIS Words, and pray, then you'll notice that HE gives you millions of HIS "sperms" (ideas, visions, intuition). HE gives through what? He gives through HIS Words or through our prayer. And I've experienced for the last 6 years... The "sperms" ARE REALLLYYY HIGH QUALITY. It DOES change my life dramatically to be MUCH-MUCH better person.I'm the living proof.

But, once again, if HE already gives HIS "sperms", the critical question, "Apakah "sel telur"-nya siap dibuahi oleh "sperma2" itu?" "Apakah pikiran kita siap membuahinya?" Kalo nggak siap, the "sperm" will soon die. Kalo siap, akan terjadi pembuahan lalu terjadi kehamilan. Jika kehamilan itu dijaga dengan baik, dalam beberapa waktu ke depan, si "bayi"-nya akan lahir. Guess, bagaimana bentuk "bayi"-nya? Bentuk dan karakter "bayi"-nya akan mewarisi DNA dari pemberi "sperm" (what is true in physical realm, also true in spirit realm). That's why buah yang kita hasilkan beda satu sama lain walopun it comes from the same sperms. Wow...!! Ckckck... So amazed bahwa kita adalah mempelaiNYA!

God, I don't want to be barren. I want to have many "babies" from YOU...

PS: you should aware of "LOW QUALITY sperms" that spread by the devil. Just let they go, and die...! No need to be fertilized, because the "baby" definitely is very ugly.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang