Teologi Kemakmuran, pro? kontra?

# Personal opinion about Christian Theology called "Prosperity Theology".

Sejak tahun 1950an, teologi kemakmuran telah menjadi perdebatan (dan perpecahan) di kalangan umat Kristen. Mereka yang pro mengklaim bahwa Allah menginginkan umatnya hidup berkelimpahan, tidak hanya secara rohani tapi juga secara jiwani dan jasmani. Artinya Allah menghendaki kemakmuran secara penuh. Let's make it straight forward: financial blessing is the will of God for Christians.

Tentu saja, klaim Teologi kemakmuran dapat dikonfrontasi dengan Alkitab. Seperti di Mal 3:10 yang memberikan pernyataan bahwa Allah akan mencurahkan berkat untuk umatNya yang membawa persembahan perpuluhan ke rumah Tuhan, Yoh 10:10, yang menuliskan tentang bahwa Yesus  datang agar umatNya dapat memperoleh hidup dalam kelimpahan, 3Yoh 2 yang merupakan doa agar umat Tuhan mengalami kebaikan dalam segala sesuatu, termasuk dalam jiwa. Juga fakta bahwa tokoh-tokoh iman  seperti Abraham, Ishak dan Yakub merupakan orang-orang yang SANGAT kaya di jamannya. Banyak penginjil-penginjil kenamaan yang mendukung Teologi kemakmuran ini sepert Oral Robert (menulis buku: "God's Formula for Success and Prosperity"), Gordon Lindsay (menulis buku: "God's Master Key to Prosperity"), dan Joel Osteen (menulis"Your best life now" yang menjadi New York Times best seller di tahun 2005).

Konflik dan kritikan muncul ketika mereka yang kontra dengan Teologi Kemakmuran mengklaim bahwa pengajaran ini membuat umat Kristen menjadikan uang sebagai "idola". Bahkan Rick Warren (yang juga salah satu penulis buku New York Times best seller, "Driven Purpose Life") menyatakan bahwa  Yesus tidak pernah memberikan pengajaran tentang bagaimana menjadi kaya. Sitasi dari ucapan Yesus bahwa lebih mudah seekor unta masuk dalam lubang jarum ketimbang orang kaya masuk sorga, juga merupakan indikasi bahwa Yesus tidak mendukung teologi kemakmuran.

Yang menarik adalah seorang penginjil, Jim Baker, yang pada awalnya mendukung (dan mengajarkan) Teologi Kemakmuran dengan menyatakan "God wants you to be rich", kemudian berubah haluan dan menentang habis-habisan Teologi Kemakmuran dengan menuliskan buku, "I was wrong" sebagai pernyataan bahwa Teologi kemakmuran yang diajarkan dulu, adalah suatu kesalahan.

Perdebatan-perdebatan semacam ini, dapat dengan mudah membuat umat Tuhan tergoncang imannya. Siapa yang benar? Siapa yang harus diturut? Kedua pihak seolah-olah benar dan keduanya menghasilkan buah-buah yang baik.

Saya pribadi, tidak akan secara eksplisit menyatakan bahwa saya pendukung teologi kemakmuran atau menentangnya. Bagi saya Allah adalah Allah yang luar biasa Besar. Tidak akan pernah bisa manusia memahami dan mengetahui bagaimana karakter Allah dengan lengkap. Seperti kisah orang buta yang ingin mengetahui bagaimana rupa gajah, seperti itulah usaha manusia memandang dan mengetahui Allah. Tidak dapat secara penuh memahami Allah. Tidak mengherankan jika terjadi perbedaan pendapat.

Bagi saya, hubungan pribadi dengan Allah lewat doa, mempelajari firmanNya dan pengalaman iman yang akan membawa saya pada pengenalan Allah. Kembali ke teologi kemakmuran, sejauh ini saya mendapati dan mengalami Allah sebagai Jehovah Jireh, Allah yang menyediakan, Allah yang memberkati bukan hanya rohani, jiwani, tapi juga jasmani termasuk financial blessing.

Saya juga tidak akan menentang seandainya ada umat Tuhan yang mendapatkan pengalaman iman atau pewahyuan bahwa Teologi kemakmuran bukanlah kehendak Allah. Itu cara mereka memandang Allah.

Sama seperti orang buta yang memegang gajah, dan memegang tepat pada ekor gajah. Sementara orang buta yang lain memegang pada gadingnya. Pendapat keduanya akan berbeda ketika ditanya bagaimana rupa gajah. Demikian pula tindakan kedua orang buta tersebut terhadap gajah akan sangat berbeda, bergantung dari persepsi masing-masing. Itulah sebabnya, penting untuk setiap hari kita mengenal dan lebih kenal lagi karakter Allah lewat doa, mempelajari Firman dan mengalami pengalaman iman denganNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang