Internet dan pekerjaan yang manusiawi (Part 1)

Episode: Pipi dan Pipa

Menurut saya, pekerjaan yang manusiawi adalah pekerjaan yang nggak mengeksplotasi manusia. Mengeksplotasi maksudnya memeras tenaga (atau uang) orang lain demi menguntungkan segelintir pihak. Pihak yang diuntungkan bisa individu, bisa juga perusahaan.

Saya ingat dulu pernah diprospek MLM oleh teman yang bergabung di N*21, salah satu MLM terbesar dengan inisial A*W*. Saat mem-prospek, teman saya ngasih suatu cerita yang sampe sekarang saya ingat. Kurang lebih begini ceritanya. Alkisah, jaman dahulu kala di sebuah desa tersebutlah dua orang bernama Pipi dan Pipa. Suatu ketika, desa tersebut mengalami kekeringan sehingga seluruh desa membutuhkan air. Air bisa didapat di sumber mata air yang jaraknya dari desa tersebut cukup jauh. Setelah berembug, kepala desa menyerahkan tender pengadaan air untuk seluruh warga desa ini kepada Pipi dan Pipa.

Pipi segera mengambil tender ini, dengan membeli dua buah timba besar dan membangun bak penampung air. Pagi-pagi benar, Pipi segera bangun, lalu dengan dua buah timba tersebut, dia bolak-balik untuk mengambil air dan mengisi bak penampung hingga penuh. Pagi hari, orang2 desa akan datang untuk membeli air ke Pipi. Good job, Pipi!

Cara Pipa bekerja berbeda dengan Pipi. Alih-alih membeli timba, Pipa membangun sebuah saluran air dari sumber mata air sampai ke desa. Tentu selama proses membangun saluran air ini, Pipa nggak bisa menghasilkan uang. Lah, kalo airnya nggak ada, apanya yang dijual? Sementara Pipi sudah menghasilkan uang, Pipa masih sibuk membangun saluran air.

Apa yang terjadi ketika saluran air yang dibuat Pipa selesai? Air dapat mengalir dari sumber air ke desa tanpa perlu bolak-balik diambil menggunakan timba. Seberapa banyak orang desa memerlukan air, stok akan selalu ada. Sementara Pipi masih tetap melakukan pekerjaan rutin-nya dengan setiap hari bangun pagi, mengambil air dari sumber mata air dan memenuhi bak penampung untuk memastikan stok air selalu tersedia.

Jelas, tenaga yang dikeluarkan Pipi lebih besar, dengan penghasilan yang terbatas. Pipi menukar waktu dan tenaganya dengan imbalan uang. Sementara Pipa, tinggal menikmati hasil tanpa perlu lagi bekerja. Saluran air yang dibuatnya telah bekerja untuknya. Dengan waktu luangnya, mungkin Pipa bisa membuat sistem saluran air untuk desa yang lain... [Tamat]

Waktu denger cerita ini, saya mikir... ah, gitu aja ya saya udah tau. Seandainya saya yang ada di desa itu, saya juga akan melakukan hal yang sama... Sama seperti Pipa maksudnya. Semua orang juga paham bener bahwa cara yang dilakukan Pipi sama sekali nggak efisien dan membuang tenaga... Tapi, dalam dunia yang sebenernya, sebagian besar orang bekerja dengan cara seperti Pipi bekerja.

Bekerja dari jam 9 pagi (ato jam 8 kalo di institusi saya) sampai jam 5 sore, seminggu 5 hari kerja. Terikat dengan jam dan aturan kantor. Tenaga, waktu dan pikiran yang dikeluarkan akan ditukar dengan gaji di akhir bulan (yang bisa memuaskan, bisa juga membuat dongkol). Tentu ini bukan sesuatu yang jelek. Bagi mereka yang memang menikmati pekerjaan-nya (karena merasa udah terpanggil dengan profesi tersebut), apa yang dilakukan adalah suatu anugerah yang akan disyukurinya setiap hari. Bekerja tidak seperti bekerja karena dia menikmati. Tentu, bagi yang sudah menikmati pekerjaannya dan merasa dapat mengaktualisasikan diri karena pekerjaan 8-jam-sehari-5-hari-seminggu-nya, nggak perlu repot-repot mikirkan cara seperti yang Pipa lakukan. Keep Pipi-ing and be happy!

Bagi yang tidak puas, atau ingin menjadi seperti Pipa, maka perlu untuk mulai memikirkan bagaimana membuat "saluran air" seperti yang Pipa lakukan. Membangun "saluran air" ini yang saya sebut  pekerjaan yang manusiawi sekali. Tidak ada unsur eksploitasi manusia demi keuntungan orang lain. Sekali pekerjaan selesai, "sistem" itu yang akan bekerja, bukan manusia lagi yang bekerja (pada kasus Pipi, manusia tetap bekerja).

Tentu pertanyaannya adalah seperti apa "saluran air"-nya? dan siapa "orang desa" yang akan membeli "air"nya.

Saya nggak lagi promo money game, get-rich-quick-scheme, MLM ato semacam itu. Nggak sama sekali. Buat saya, ketika MLM dilakukan dengan cara mengeksploitasi down-line-nya, agar up-line mendapatkan keuntungan adalah cara yang tidak manusiawi. Ada eksploitasi manusia di dalamnya untuk menguntungkan segelintir orang. ONggak adil banget kan, ketika orang keluar uang untuk memperkaya atasannya, dan dia akan melakukan hal yang sama ke bawahannya agar uang yang dikeluarkannya bisa kembali. Yang di bawah dieksplotasi (dan kalo nggak mau ter-eksplotasi, go ahead, exploit other people as well). Banyak orang sangat nggak bisa melakukan pekerjaan semacam ini. Tentu saya nggak menyangkal bahwa ada juga MLM yang sehat jasmani dan rohani. Ah, never mind.

Pada cerita Pipa, semua orang diuntungkan lewat saluran air yang dibuat. Nggak ada yang dieksplotasi. Pipa untung. Orang desa-pun untung.

Jadi "saluran air"-nya apa? Siapa "orang desa"nya?

Salah satu alternatifnya adalah Internet.

"Orang-orang desa" adalah pengguna internet. "
Air" adalah informasi yang dicari/dibutuhkan.

Setiap hari PULUHAN JUTA orang mengakses internet untuk mencari informasi. Kalau kita bisa menyediakan informasi yang dibutuhkan dengan akurat, dan "menukar" informasi tersebut dengan Rp. 100 rupiah, maka bisa dihitung berapa yang dihasilkan jika ada seribu orang per hari yang dengan senang hati mendapatkan informasi tersebut dan menukarnya dengan Rp. 100 rupiah. Prinsip menyediakan "saluran air" untuk yang membutuhkan "air". Tidak ada eksploitasi manusia di dalamnya, dan semua pihak diuntungkan.

Am I talking about money game? NO!! (with capital "N", "O", and two exclamation marks)
Am I talking about arisan berantai? NO!!
Am I talking about creating Google-like-website? No.
Am I talking about complicated-Internet-technology-that-only-a-PhD-can-do? No.

[Bersambung]

Catatan: dalam semua seri posting ini, TIDAK ADA AJAKAN untuk mengikuti program tertentu, TIDAK ADA promosi untuk membeli produk tertentu, TIDAK ADA PEMALAKAN TERSELUBUNG demi keuntungan saya pribadi. Tujuan posting ini adalah untuk berbagi pengetahuan dan (jika memungkinkan) saling berkolaborasi dan sinergi untuk kemajuan bersama.

Please leave comment and let me know what you think.
I won't continue the series unless I know this information is needed.

Komentar

  1. Kalo saya dapet agen MLM kayak gitu, respon saya adalah:
    1. Ngaku! Itu cerita dari agen MLM yg laen kan?
    2. Ngaku! Kamu baca dari buku Robert T. Kiyosaki kan?

    BalasHapus
  2. Berarti klo menemukan pekerjaan yg "disenangi" jadilah Pipi.. Klo ga nemu, jadilah Pipa.. Haha :D

    BalasHapus
  3. @chipon: 3. Ngaku! Kamu baca dari blog-nya dosen Ma Chung kan?
    @Tommy: banyak yang kepingin jadi Pipa, tapi terpaksa "senang" jadi Pipi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang