(Kisah) Belajar Bahasa (Jepang) - part 5

Suatu hari, ketika belajar Bahasa Jepang, saya dapet pewahyuan. Bukan pewahyuan tentang akhir jaman. Bukan juga pewahyuan tentang siapa presiden Indonesia 2014. Pewahyuan-nya simple, belajar bahasa Jepang tanpa belajar Kanji, ibarat makan rawon tanpa kuah. Ada yang kurang. Tapi sebaliknya, kalo belajar Kanji doang tanpa belajar (grammar) bahasa Jepang, ibarat makan rawon tapi kuah doang. Masih enak - apalagi kalo kuahnya kuah rawon Nguling.

Pewahyuan ini, bikin saya memutuskan untuk secara serius belajar Kanji.

Jumlah karakter Kanji standard yang dipakai di Jepang ada 2.136 biji (joyo Kanji istilahnya). Artinya 99% tulisan dalam Bahasa Jepang, dapat dipastikan menggunakan karakter yang termasuk dalam 2.136 itu. Kalo kita hafal/ngerti arti 2.136 kanji tersebut, berarti mau baca tulisan apapun, pasti secara garis besar bisa ngerti. Tapi kalo nggak hafal satupun, walopun grammar Bahasa Jepang-nya udah tingkat dewa-dewi, baca tulisan apapun dijamin nggak bisa.

Jadilah 5 bulan lalu, saya memutuskan untuk serius belajar membaca Kanji. Kalo di Jepang, 1.006 kanji pertama dipelajari selama SD (6 tahun), dan 1.130 sisanya dipelajari waktu SMP dan SMA. Kalo saya pake metode itu untuk belajar kanji, kelamaan... keburu kanji udah nggak laku... Jadi saya pake metode mnemonic dan spaced repetition system (SRS) - nggak tau kapan bisa saya jelaskan metode yang super duper efektif ini.

Karakter kanji ternyata sangat unik.
  • Sebuah kanji memiliki satu, dua atau lebih arti dasar yang nggak saling berhubungan. Misalnya karakter "長" bisa berarti "panjang", bisa juga berarti "pimpinan". Padahal kata "panjang" dan "pimpinan" nggak ada hubungannya.
  • Sebuah kanji dengan arti yang sama, dapat memiliki satu, dua atau tiga cara baca yang berbeda sama sekali. Kanji "速" (cepat), ketika muncul sebagai kata sifat dibaca "hayai", ketika muncul bersama karakter lain (misalnya pada kata bola yang melesat dengan cepat), karakter "速" dibaca "soku". Dalam pembacaan Kanji, tidak berlaku hubungan "satu-dan-satu" (satu-kanji-satu-cara-baca) - satu kanji dapat memiliki 2-3 cara baca yang berbeda.
  • Satu kata dapat dibentuk dari satu kanji atau gabungan dua, tiga atau empat kanji. Misalnya kata cuaca dibentuk oleh karakter 天 (langit) dan 気 (atmosfir). Kata kompas dibentuk oleh tiga karakter kanji, yaitu"羅" (?), "針" (jarum) dan "盤" (papan). Kabarnya ada satu kata yang terbentuk dari 4 karakter kanji, cuma saya belum pernah ketemu (dan berharap nggak sering2 ketemu).
  • Cara baca sebuah kanji, dapat overlap dengan kanji yang lain. Misalnya cara baca "bun" dimiliki oleh karakter "文" (sastra), "分" (menit), dan "聞" (kabar). Dalam ilmu bahasa, ini diistilahkan dengan homofon (bunyi sama, memiliki arti yang berbeda). Yang gawat, overlap ini sering terjadi dalam Bahasa Jepang, misalnya jumlah karakter yang dapat dibaca sebagai "gi" ada lebih dari 10 karakter, dapat dibaca sebagai "hi" lebih dari 20 karakter, dan karakter yang dapat dibaca "choo"ada lebih dari 30! Jadi kalo tiba2, nggak ada angin nggak ada hujan, ada orang Jepang bilang "choo", kita nggak pernah tau apa maksudnya.
Dan banyak lagi hal lain yang menarik tentang Kanji.

Hasil serius belajar kanji sejak 5 bulan lalu (dengan metode mnemonic dan SRS), telah membuahkan hasil. Kurang lebih 600 kanji sudah bisa saya baca dengan tidak lancar (karena adanya perbedaan cara baca tadi). Setidaknya saya berani diadu lomba baca Kanji dengan anak kelas 3 SD... Semoga di tahun ini lancar jaya bisa baca 1.000 kanji.

Nggak gampang memang belajar Kanji. Butuh waktu dan butuh metode yang tepat. Saya kagum juga dengan orang2 asing yang berhasil menguasai (dan bisa membaca) 2000 lebih kanji. Mereka kemungkinan adalah orang2 yang tekun/nggak gampang nyerah dalam belajar sesuatu, atau sudah terlalu lama di Jepang.

Seandainya saya cuman di Jepang 1 ato 2 tahun, saya nggak akan repot2 belajar Kanji... Tapi karena most likely saya masih di sini 3-4 tahun ke depan, jadi saya perlu belajar Kanji. Hidup di Jepang bisa lebih dinikmati ketika bisa membaca Kanji. Tapi... kayaknya tetep lebih nikmat rawon Nguling.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Day care di Jepang dan keadilan sosial

Mengurus Visa Korea di Jepang