Bangga Jadi "Indonesian"?

Genap empat bulan saya tinggal di negara orang. Seumur2, saya belum pernah meninggalkan Indonesia sampe berbulan-bulan (bahkan berencana sampe bertahun2) untuk menetap di negara lain. Dan sekarang, status saya adalah orang asing, foreigner, gaikoku-jin (dalam bahasa Jepang). Some Japanese menyingkatnya menjadi "gaijin" untuk merendahkan status sosial orang2 asing yang tinggal di Jepang (sama seperti orang Malaysia yang memanggil orang Indonesia dengan sebutan "Indon" ato orang bule yang nyebut orang kulit hitam dengan "Nigger" - diskriminasi untuk menyebut status sosial yang lebih rendah dari dirinya).

Menjadi orang asing di negara lain bener2 pengalaman yang unik. Negara asal kita akan menentukan bagaimana orang asli memandang kita. Prejudice hampir tidak bisa dihindari saat kita menyebutkan asal negara kita. Ketika menyebutkan "I'm from Indonesia " ato "Indonesia-jin desu", kira2 bagaimana pandangan mereka?

Saya nyaris tidak bisa menghentikan fakta-fakta negatif yang muncul di kepala mereka ketika mendengar Indonesia, "Oh, negara miskin", "Oh, negara yang tingkat korupsinya tinggi", "Oh, negara yang nggak aman karena banyak kriminalitas", "Oh, negara yang penegakkan hukumnya kacau-balau", "Oh, negara yang kaya dengan sumber daya alam, tapi rakyatnya nggak produktif, nggak bisa memanfaatkan, nggak pinter mengelola"... Belum lagi kalo pas muncul issue terorisme.

Mungkin bagi seorang "Indonesian" yang sudah pernah tinggal di luar negeri selama beberapa bulan (atau tahun) dan berinteraksi dengan orang2 di sekelilingnya, akan tahu bagaimana pandangan sinis dan prejudice semacam itu (yang simply nggak bisa dirasakan orang-orang dari negara maju seperti Amerika atau China).

Pengalaman semacam ini yang menurut saya pengalaman unik yang nggak akan pernah dirasakan saat masih berada di Indonesia. Dari pengalaman semacam ini akan muncul 2 golongan. Yang pertama adalah mereka yang tergugah rasa nasionalisme-nya dan kemudian melakukan yang terbaik untuk membuktikan bahwa prejudice negatif yang ada adalah salah. Orang golongan ini berusaha untuk mengangkat martabat Bangsa Indonesia dengan bertingkah laku mematuhi aturan dan memiliki etos kerja disiplin.

Dan yang kedua adalah golongan yang kemudian malu untuk mengakui bahwa dirinya adalah seorang "Indonesian". Bagi golongan kedua ini, mengatakan "I'm Indonesian" adalah tabu dan memalukan. (Sebenarnya ada satu golongan lagi, yaitu golongan netral yang nggak peduli dengan nasionalisme - mau orang mikir Indonesia itu bobrok, mau mikir Indonesia itu keren, egp, emang gue pikirin).

Saya pinginnya jadi golongan pertama... Setidaknya membuktikan ke orang2 di sekeliling saya bahwa prejudice negatif tentang Indonesia nggak bisa digeneralisasi untuk semua orang Indonesia. Paling nggak, ada segelintir orang yang berpikir ulang bahwa Indonesia bukanlah negara bobrok seperti yang disangkanya. Paling nggak, ada pengaruh (entah kecil ato besar) yang bisa saya berikan untuk memperbaiki citra negatif Indonesia. Paling nggak, saya bisa berbuat sesuatu untuk negara kelahiran saya, Indonesia.

Kelak, generasi berikutnya, anak cucu kita akan bisa bangga mengatakan, "I'm Indonesian" karena kakek dan nenek moyang mereka yang telah memperbaiki citra Indonesia.

Tertantang untuk membuat Indonesia yang lebih baik?


Komentar

  1. Hmm, iya. I coincidentally wrote a posting with a simlar topic and almost similar conclusion:)

    Patrisius

    BalasHapus
  2. Loh... iya pak, sama... ide nulisnya ini muncul dari pengalaman sehari2 ketika berinteraksi dengan sesama international student... Bagaimana prejudice mereka ketika mendengar "Indonesia" itu kadang bikin nelangsa (apalagi kalo udah nanya perkembangan terorisme di Indonesia). Bikin speechless.

    BalasHapus
  3. ya ga perlu serius ngomongin yg berat2 kayak teroris atau korupsi. alihkan aja conversationnya ke hal2 yg lbh 'fun' tentang pariwisata di Indonesia, Bali misalnya....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial