[Exploit Internet] Publish apps di App Store
Setelah beberapa bulan bermain-main dengan publish Android app di Google Play, kemarin saya coba untuk publish aplikasi yang katanya lebih elit, yaitu iOS app di Apple store.
Publish aplikasinya ternyata ribet banget. Pain in the ass, kalo kata orang sana.
Untuk app store saya udah punya akun developer-nya. Bulan lalu daftar.
Lumayan mahal, $99 per tahun - dibandingkan dengan akun developer di Google Play yang "cuma" $25 per tahun.
Aplikasi untuk iOS dibuat menggunakan Xcode yang cuman bisa running di komputer Mac. Nggak bisa running di Windows dan nggak ada emulator yang bisa njalankan Xcode di Windows. Mau nggak mau, untuk jadi developer aplikasi iOS, memang mutlak harus punya komputer Mac.
Jadi ceritanya, kemarin aplikasinya udah tested di simulator. Running smooth.
Lalu saatnya publish di app store. Untuk publish di app store, ada beberapa keruwetan yang harus dibereskan. Ruwet karena memang saya belum paham benar prosedur untuk publish app di App Store.
Keruwetan pertama, saat membuat iOS provisioning profile. Ruwet karena saat ini saya nggak ada iOS device (adanya iPad di Indo dan dipakai istri saya). Saya nyaris putus asa dan sudah berniat untuk mencari iOS device yang murah untuk sekedar bisa bikin iOS provisioning profile. Kepikiran beli iPod touch generasi pertama... Tapi untung setelah beberapa jam googling, akhirnya iOS provisioning profile problem ini solved tanpa harus beli iOS device.
Setelah punya iOS provisioning profile, logikanya tinggal connect-kan profile tersebut dengan Xcode. Lalu dari Xcode, app yang sudah error-free itu, tinggal di-upload ke app store. Tapi nggak semudah itu. Saat aplikasi di-validasi (langkah terakhir untuk submit app), muncul error icon tidak ditemukan. Padahal jelas-jelas semua icon telah ada. Problem solved dengan menghapus semua icon yang "katanya" tidak ada, kemudian kopi ulang icon-nya.
Build dan validasi kembali.
Masih belum berhasil. Error sudah berubah dari icon tidak ditemukan, jadi aplikasi tidak dapat disubmit karena melakukan request UDID. Saya googling lagi. Berjam-jam. Dan akhirnya menemukan solusi bahwa semua library yang melakukan request UDID harus diupdate, karena request UDID sudah tidak diizinkan di iOS 7.0. Memperbaikinya nggak semudah itu. Berkali-kali diperbaiki, tapi masih juga gagal validasi.
Akhirnya ketauan, ada satu library, yaitu cocoslive, yang nggak kentara kalo dia melakukan request UDID - dan itu harus dihapus! Nggak ada update-nya.
Total waktu ngulik untuk submit app ini, dari jam 8 pagi sampai hampir jam 6 sore - hanya untuk submit 1 app!! Mungkin karena memang masih belum pengalaman, jadi banyak trial and error.
Setelah semua diperbaiki, akhirnya submitted juga. My first app on Apple store. Yeaaah...
(Sengaja saya samarkan nama aplikasinya...)
Alhasil, hari ini saya cmn 1 ato 2 jam ngurusi resesarch. Sisanya ngulik aplikasi.
------------
Catatan:
Kenapa saya kepikiran untuk publish app di App store? Google play nggak cukup baik emang?
Ada filosofinya. Para developer Google play saat ini sedang masuk dalam musim gold rush. Mudah banget dapetkan earning dari publish aplikasi di Google play. Saat ini, beberapa aplikasi yang saya submit di Google play masih terus stabil menghasilkan earning walaupun sudah nggak saya utak-atik lagi. Konsisten sejak 3 bulan terakhir.
Saya prediksikan sampai 2 tahun ke depan, musim gold rush di Google Play akan masih berlangsung.
Karena session gold rush ini, para "penambang emas" terus berdatangan dan menjadi developer dadakan (sejujurnya, saya juga termasuk developer dadakan). Sama seperti sebidang tanah yang ditambang oleh banyak banyak orang. Semakin banyak orang yang menambang, tentu semakin "kacau".
Saya melihat untuk App store, masih belum se"kacau" lahan di Google play. Dan untuk pasar Indonesia, ibaratnya seperti tanah satu hektar penuh dengan emas, sementara penambangnya bisa dihitung dengan jari. Untuk menambang lahan App store, butuh modal dan skill memang...
Publish aplikasinya ternyata ribet banget. Pain in the ass, kalo kata orang sana.
Untuk app store saya udah punya akun developer-nya. Bulan lalu daftar.
Lumayan mahal, $99 per tahun - dibandingkan dengan akun developer di Google Play yang "cuma" $25 per tahun.
Aplikasi untuk iOS dibuat menggunakan Xcode yang cuman bisa running di komputer Mac. Nggak bisa running di Windows dan nggak ada emulator yang bisa njalankan Xcode di Windows. Mau nggak mau, untuk jadi developer aplikasi iOS, memang mutlak harus punya komputer Mac.
Jadi ceritanya, kemarin aplikasinya udah tested di simulator. Running smooth.
Lalu saatnya publish di app store. Untuk publish di app store, ada beberapa keruwetan yang harus dibereskan. Ruwet karena memang saya belum paham benar prosedur untuk publish app di App Store.
Keruwetan pertama, saat membuat iOS provisioning profile. Ruwet karena saat ini saya nggak ada iOS device (adanya iPad di Indo dan dipakai istri saya). Saya nyaris putus asa dan sudah berniat untuk mencari iOS device yang murah untuk sekedar bisa bikin iOS provisioning profile. Kepikiran beli iPod touch generasi pertama... Tapi untung setelah beberapa jam googling, akhirnya iOS provisioning profile problem ini solved tanpa harus beli iOS device.
Setelah punya iOS provisioning profile, logikanya tinggal connect-kan profile tersebut dengan Xcode. Lalu dari Xcode, app yang sudah error-free itu, tinggal di-upload ke app store. Tapi nggak semudah itu. Saat aplikasi di-validasi (langkah terakhir untuk submit app), muncul error icon tidak ditemukan. Padahal jelas-jelas semua icon telah ada. Problem solved dengan menghapus semua icon yang "katanya" tidak ada, kemudian kopi ulang icon-nya.
Build dan validasi kembali.
Masih belum berhasil. Error sudah berubah dari icon tidak ditemukan, jadi aplikasi tidak dapat disubmit karena melakukan request UDID. Saya googling lagi. Berjam-jam. Dan akhirnya menemukan solusi bahwa semua library yang melakukan request UDID harus diupdate, karena request UDID sudah tidak diizinkan di iOS 7.0. Memperbaikinya nggak semudah itu. Berkali-kali diperbaiki, tapi masih juga gagal validasi.
Akhirnya ketauan, ada satu library, yaitu cocoslive, yang nggak kentara kalo dia melakukan request UDID - dan itu harus dihapus! Nggak ada update-nya.
Total waktu ngulik untuk submit app ini, dari jam 8 pagi sampai hampir jam 6 sore - hanya untuk submit 1 app!! Mungkin karena memang masih belum pengalaman, jadi banyak trial and error.
Setelah semua diperbaiki, akhirnya submitted juga. My first app on Apple store. Yeaaah...
(Sengaja saya samarkan nama aplikasinya...)
Alhasil, hari ini saya cmn 1 ato 2 jam ngurusi resesarch. Sisanya ngulik aplikasi.
------------
Catatan:
Kenapa saya kepikiran untuk publish app di App store? Google play nggak cukup baik emang?
Ada filosofinya. Para developer Google play saat ini sedang masuk dalam musim gold rush. Mudah banget dapetkan earning dari publish aplikasi di Google play. Saat ini, beberapa aplikasi yang saya submit di Google play masih terus stabil menghasilkan earning walaupun sudah nggak saya utak-atik lagi. Konsisten sejak 3 bulan terakhir.
Saya prediksikan sampai 2 tahun ke depan, musim gold rush di Google Play akan masih berlangsung.
Karena session gold rush ini, para "penambang emas" terus berdatangan dan menjadi developer dadakan (sejujurnya, saya juga termasuk developer dadakan). Sama seperti sebidang tanah yang ditambang oleh banyak banyak orang. Semakin banyak orang yang menambang, tentu semakin "kacau".
Saya melihat untuk App store, masih belum se"kacau" lahan di Google play. Dan untuk pasar Indonesia, ibaratnya seperti tanah satu hektar penuh dengan emas, sementara penambangnya bisa dihitung dengan jari. Untuk menambang lahan App store, butuh modal dan skill memang...
Komentar
Posting Komentar