Tahun ke-3 kuliah di Jepang
Tahun ke-3 di Jepang.
Belum sekalipun saya kembali ke Indonesia - dan tidak berencana kembali dalam waktu dekat. Rasanya kurang nyaman berlibur ke Indonesia dalam kondisi "belum-pasti-kapan-lulus". Jadi saya nggak nyalahkan Bang Thoyib yang kondisinya sama seperti saya, 3 puasa dan 3 lebaran belum pulang. Bisa jadi Bang Thoyib belum mau pulang juga karena beliau tidak pasti kapan lulus...
Tiap periode punya tantangan tersendiri.
Di akhir tahun ke-3 ini tantangan yang sudah diperkirakan sejak sebelum keberangkatan akhirnya terjadi. Beasiswa dari DIKTI berakhir sementara studi belum selesai. Ada beberapa alternatif yang bisa dijadikan solusi. Pertama memohon perpanjangan beasiswa dari DIKTI. Kedua mencoba apply beasiswa di universitas/yayasan swasta Jepang. Ketiga mengajukan beasiswa dari institusi asal. Keempat membiayai studi dengan uang pribadi. Alternatif kelima adalah lain-lain (yang belum terpikirkan saat ini).
Alternatif pertama gagal. DIKTI tidak menyetujui permohonan perpanjangan beasiswa. Alasannya masuk akal. DIKTI hanya membiayai program doktor dan tidak membiayai research student, sementara saya masuk sebagai research student selama 1.5 tahun sebelum masuk di program doktor.
Saya mencoba alternatif kedua semester lalu, yaitu mengajukan beasiswa di universitas/yayasan swasta di Jepang. Namun ditolak karena secara status saya masih menerima beasiswa dari DIKTI yang dapat berakibat "double-funding". Jadi baru bisa mengajukan beasiswa lagi di semester di mana beasiswa DIKTI sudah benar-benar selesai.
Alternatif ketiga adalah alternatif yang tidak terlalu saya pertimbangkan. Institusi saya bukan institusi yang kaya raya dengan uang tidak terbatas untuk membiayai dosen studi lanjut. Jika ditawari bantuan, selama syarat dan ketentuannya tidak memberatkan tentu saya tidak menolak. Namun jika tidak ada bantuan-pun saya bisa maklum (dan secara pribadi, saya tidak ada niatan untuk meminta bantuan finansial dari institusi saya).
Alternatif keempat adalah alternatif yang paling masuk akal dan ini yang saat ini menjadi pilihan saya, yaitu menggunakan uang pribadi. I'm neither Bill Gates nor Warren Buffet. Jadi saya harus atur strategi baik-baik dalam mengelola uang untuk membiayai studi (yang mungkin masih 1-1.5 tahun lagi). Di Jepang pula!
Belum sekalipun saya kembali ke Indonesia - dan tidak berencana kembali dalam waktu dekat. Rasanya kurang nyaman berlibur ke Indonesia dalam kondisi "belum-pasti-kapan-lulus". Jadi saya nggak nyalahkan Bang Thoyib yang kondisinya sama seperti saya, 3 puasa dan 3 lebaran belum pulang. Bisa jadi Bang Thoyib belum mau pulang juga karena beliau tidak pasti kapan lulus...
Tiap periode punya tantangan tersendiri.
Di akhir tahun ke-3 ini tantangan yang sudah diperkirakan sejak sebelum keberangkatan akhirnya terjadi. Beasiswa dari DIKTI berakhir sementara studi belum selesai. Ada beberapa alternatif yang bisa dijadikan solusi. Pertama memohon perpanjangan beasiswa dari DIKTI. Kedua mencoba apply beasiswa di universitas/yayasan swasta Jepang. Ketiga mengajukan beasiswa dari institusi asal. Keempat membiayai studi dengan uang pribadi. Alternatif kelima adalah lain-lain (yang belum terpikirkan saat ini).
Alternatif pertama gagal. DIKTI tidak menyetujui permohonan perpanjangan beasiswa. Alasannya masuk akal. DIKTI hanya membiayai program doktor dan tidak membiayai research student, sementara saya masuk sebagai research student selama 1.5 tahun sebelum masuk di program doktor.
Saya mencoba alternatif kedua semester lalu, yaitu mengajukan beasiswa di universitas/yayasan swasta di Jepang. Namun ditolak karena secara status saya masih menerima beasiswa dari DIKTI yang dapat berakibat "double-funding". Jadi baru bisa mengajukan beasiswa lagi di semester di mana beasiswa DIKTI sudah benar-benar selesai.
Alternatif ketiga adalah alternatif yang tidak terlalu saya pertimbangkan. Institusi saya bukan institusi yang kaya raya dengan uang tidak terbatas untuk membiayai dosen studi lanjut. Jika ditawari bantuan, selama syarat dan ketentuannya tidak memberatkan tentu saya tidak menolak. Namun jika tidak ada bantuan-pun saya bisa maklum (dan secara pribadi, saya tidak ada niatan untuk meminta bantuan finansial dari institusi saya).
Alternatif keempat adalah alternatif yang paling masuk akal dan ini yang saat ini menjadi pilihan saya, yaitu menggunakan uang pribadi. I'm neither Bill Gates nor Warren Buffet. Jadi saya harus atur strategi baik-baik dalam mengelola uang untuk membiayai studi (yang mungkin masih 1-1.5 tahun lagi). Di Jepang pula!
Komentar
Posting Komentar