Simposium di Osaka
Osaka. Salah satu kota yang cukup terkenal di Jepang. Sebelum saya ke Jepang, saya mendengar Osaka berulang kali - entah di mana... Mungkin di pelajaran geografi, ekonomi atau membaca di koran.
Minggu lalu, hari Jumat saya dan 3 orang rekan lab berangkat ke Osaka untuk menghadiri simposium (The Fourth International Symposium on the Project "Computational Anatomy"). Peserta simposium adalah universitas-universitas yang mendapatkan hibah dari kementerian pendidikan Jepang dan wajib menyampaikan capaian penelitian-nya. Karena lab kami termasuk salah satu penerima hibah, maka kami (atau sensei) berkewajiban mempresentasikan apa yang sudah dicapai pada tahun fiskal 2012 lalu.
Kami berangkat ke Osaka hari Jumat dan kembali ke Tokyo hari Minggu. Jarak Tokyo-Osaka sekitar 510km (kurang lebih sama dengan jarak Jogja-Jakarta). Alih-alih naik pesawat, kami memilih transportasi menggunakan shinkansen (kereta cepat). Harga tiket PP Tokyo-Osaka adalah 22rb yen (discount sebesar 20% untuk student) dan ditempuh hanya dalam waktu 2,5jam. Tentu saja jarak 510km dalam waktu 2,5jam adalah sangaaaat sangaaat cepat. Tapi buat saya, tetap saja lama. Mungkin karena saya sebelumnya nggak pernah merasakan perjalanan Tokyo-Osaka, jadi di kereta rasanya lamaaa dan nggak sampe2.
Setibanya di Osaka, saya somehow nggak nyaman dengan situasi kota-nya. Beda jauh dengan pengalaman di Tokushima dan Okinawa bulan lalu - yang saya begitu enjoy. Osaka kota besar, namun tata kotanya kurang nyaman - setidaknya itu yg saya rasakan 3 hari berada di Osaka. Hotel SS** yang kami tinggali juga kurang nyaman. I literally had a nightmare in the first night!!
Catatan seputar perjalanan ke Osaka:
Minggu lalu, hari Jumat saya dan 3 orang rekan lab berangkat ke Osaka untuk menghadiri simposium (The Fourth International Symposium on the Project "Computational Anatomy"). Peserta simposium adalah universitas-universitas yang mendapatkan hibah dari kementerian pendidikan Jepang dan wajib menyampaikan capaian penelitian-nya. Karena lab kami termasuk salah satu penerima hibah, maka kami (atau sensei) berkewajiban mempresentasikan apa yang sudah dicapai pada tahun fiskal 2012 lalu.
Kami berangkat ke Osaka hari Jumat dan kembali ke Tokyo hari Minggu. Jarak Tokyo-Osaka sekitar 510km (kurang lebih sama dengan jarak Jogja-Jakarta). Alih-alih naik pesawat, kami memilih transportasi menggunakan shinkansen (kereta cepat). Harga tiket PP Tokyo-Osaka adalah 22rb yen (discount sebesar 20% untuk student) dan ditempuh hanya dalam waktu 2,5jam. Tentu saja jarak 510km dalam waktu 2,5jam adalah sangaaaat sangaaat cepat. Tapi buat saya, tetap saja lama. Mungkin karena saya sebelumnya nggak pernah merasakan perjalanan Tokyo-Osaka, jadi di kereta rasanya lamaaa dan nggak sampe2.
Setibanya di Osaka, saya somehow nggak nyaman dengan situasi kota-nya. Beda jauh dengan pengalaman di Tokushima dan Okinawa bulan lalu - yang saya begitu enjoy. Osaka kota besar, namun tata kotanya kurang nyaman - setidaknya itu yg saya rasakan 3 hari berada di Osaka. Hotel SS** yang kami tinggali juga kurang nyaman. I literally had a nightmare in the first night!!
Catatan seputar perjalanan ke Osaka:
- Untuk pelajar, ada student discount (学割 atau gakuwari) sebesar 20% yang dapat digunakan untuk membeli tiket shinkasen. Dokumen gakuwari bisa dicetak lewat mesin pencetak dokumen yang ada di kantor graduate school of engineering.
- Untuk pembelian tiket menggunakan gakuwari, pembelian HARUS dilakukan di travel center stasiun (midori no madoguchi) dan TIDAK bisa menggunakan vending machine.
- Ada dua lembar tiket untuk keberangkatan dan dua lembar untuk kepulangan. Total 4 lembar tiket.
- Gerbong 1-3 adalah gerbong untuk free-seat. Artinya, bisa memilih tempat duduk dengan bebas. Gerbong-gerbong yang lain adalah green-sha (tempat duduk yang lebih nyaman dengan tambahan 5000 yen) dan gerbong reserved seat (nomer tempat duduk telah ditentukan sesuai dengan tiket - juga ada tambahan beberapa ribu yen untuk reserved seat).
- Untuk free-seat, pastikan tiba seawal mungkin agar bisa mendapatkan tempat duduk. Saat penumpang banyak, ada kemungkinan TIDAK dapat tempat duduk, dan terpaksa harus berdiri sepanjang perjalanan.
Nozomi shinkansen - image credit: fr.wikipedia.org |
Komentar
Posting Komentar