Repotnya sesi "journal reading presentation"


[Menulis posting tentang research nggak pernah bisa pendek. Posting ini termasuk posting yang akan butuh waktu untuk membacanya.]

Di lab, ada sesi yang disebut dengan 雑誌会 (zasshi kai). Saya mengistilahkan dengan "Journal Reading Presentation" yang mana tidak ada seorangpun di lab yang mengistilahkan seperti itu, selain saya (ya, suka2 saya ngasih nama). Setiap semester, anggota lab (entah mahasiswa doktor, magister atau bachelor) diminta untuk memilih sebuah jurnal kemudian mempresentasikan isi jurnal tersebut di depan pak profesor dan anggota lab lainnya.  Setelah presentasi, seperti biasa, ada sesi tanya jawab.

Jadi menarik karena yang dipresentasikan adalah jurnal. Bukan sekedar paper di prosiding. Di bidang akademik, jurnal berisi tentang publikasi penelitian terbaru yang telah selesai dilakukan oleh seorang atau sekelompok ilmuwan. Sedangkan paper di prosiding biasanya hanya menuliskan sebagian kecil dari hasil penelitian besar. Mahasiswa S1 (atau bahkan S2) sering salah kaprah antara jurnal dengan paper di prosiding. Semua dianggap sama.

Jurnal lebih sulit dipahami (dan ditulis) ketimbang paper di prosiding. Einstein, misalnya, setelah meneliti tentang teori relativitas, dia menulis hasil penelitian dan mempublikasikan di jurnal Annalen der Physik (1905) - bukan di prosiding. Lewat publikasi jurnal-jurnal semacam inilah biasanya seorang ilmuwan diakui kepakarannya (bukan lewat prosiding). Lewat jurnal jugalah, industri dapat mengetahui temuan terbaru yang bisa diterapkan dan diproduksi menjadi teknologi yang bisa dinikmati umat manusia.

Intinya, melalui jurnal inilah para ilmuwan dapat saling mengetahui penelitian yang sudah dilakukan oleh ilmuwan lain. Hasil dari penelitian tersebut dapat dirujuk untuk melakukan penelitian lain sehingga ilmu pengetahuan semakin berkembang. Anyway, agar mendapatkan gelar Doktor (di tempat saya kuliah), minimal harus menulis 2 hasil penelitian dan disubmit ke jurnal internasional. 

Karena sebuah jurnal berisi hasil dari sebuah penelitian besar, maka sesi Journal reading presentation di lab  bukanlah hal yang mudah seperti membaca novel. Membaca mudah, tapi untuk memahami itu merupakan tantangan tersendiri. Contoh, kalimat ini saya quote dari kalimat pertama jurnal IEEE TRANSACTIONS ON PATTERN ANALYSIS AND MACHINE INTELLIGENCE, VOL. 26, tahun 2004 yang berjudul "Two-Dimensional PCA: A New Approach to Appearance-Based Face Representation and Recognition"

 "PRINCIPAL component analysis (PCA), also known as Karhunen-Loeve expansion, is a classical feature extraction and data representation technique widely used in the areas of pattern recognition and computer vision."

Mudah untuk dibaca (atau diterjemahkan). Tapi untuk memahami sepenggal kalimat ini, perlu punya fondasi sains yang pas. Contoh, "principal component analysis" dapat diterjemahkan menjadi "analisa komponen utama", tapi apa itu "komponen utama"? Muncul juga kata "classical feature extraction" yang kalau diterjemahkan menjadi "ekstraksi fitur klasik". Apa itu ekstraksi fitur? Kalau ada yang klasik berarti ada yang modern. Juga kata "data reprensentation", "pattern recognition", dan "computer vision". Semua istilah-istilah ini adalah istilah khusus yang nggak bisa dipahami hanya dengan menerjemahkan secara harafiah.

Itulah tantangan ketika mendapat giliran journal reading presentation. Bulan Juni lalu adalah giliran saya. Sebulan sebelumnya, saya sudah mulai memilih-milih jurnal yang akan saya presentasikan. Awalnya, dengan pe-de-nya saya memilih jurnal terbaru tentang pemodelan gerakan pernafasan yang dipublikasikan oleh Medical Physics Journal tahun 2012 ini. Dua minggu fokus mempelajari - dan macet di metode image registration-nya. Ganti jurnal yang agak lamaan, tahun 2010. Macet lagi. Sampe akhirnya saya memutuskan untuk ambil jurnal di tahun 2004 (yang saya quote di atas) dan bisa bener2 paham apa yang ditulis di dalemnya. 

Ini salah satu tantangan sebagai mahasiswa Doctor. Sesi-sesi semacam ini, akan melatih seorang mahasiswa Doctor untuk punya pola pikir yang sistematis yang kelak harus dituangkan dalam publikasinya. 

I'm glad to be a member of this lab so I'm able to focus to conduct a research. I wouldn't dare to be a doctoral student and having an activity as a lecturer in the same time.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial