Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Kisah Rujak Petis

Gambar
Bulan depan, genap 10 bulan saya di Jepang. Most likely, masih ada 40 bulan lagi yang akan saya lewati di sini. So exciting...dan mulai terbiasa dengan gaya hidup di Jepang yang serba tepat waktu. Ngerti rasanya ditinggal ditinggal kereta gara-gara telat beberapa detik. Kalo di Indonesia, ada angkot yang mau jalan, kita masih bisa lari2 ngejar angkotnya... Dan, para penumpang di dalamnya biasanya akan ber-baik hati untuk menyuruh sopir berhenti agar kita bisa naik. Juga pas angkot nggak mau jalan2 karena nunggu penuh, penumpang juga nggak protes. That's the way it is... Kalo mau ya monggo naek, kalo nggak... ya beli aja kendaraan pribadi. Di sini, makan di depot ato restoran harus mengikuti aturan baku yang ditetapkan. Sebagian restoran, di dekat pintu masuk dilengkapi dengan vending machine yang ada gambar2 makanan yang siap dipilih. Pembeli tinggal masukkan uang, dan pencet gambar/tombol sesuai dengan makanan yang mau dibeli. Vending machine akan mengeluarkan selembar tiket yang ...

(Kisah) Belajar Bahasa (Jepang) - part 5

Suatu hari, ketika belajar Bahasa Jepang, saya dapet pewahyuan. Bukan pewahyuan tentang akhir jaman. Bukan juga pewahyuan tentang siapa presiden Indonesia 2014. Pewahyuan-nya simple, belajar bahasa Jepang tanpa belajar Kanji, ibarat makan rawon tanpa kuah. Ada yang kurang. Tapi sebaliknya, kalo belajar Kanji doang tanpa belajar (grammar) bahasa Jepang, ibarat makan rawon tapi kuah doang. Masih enak - apalagi kalo kuahnya kuah rawon Nguling. Pewahyuan ini, bikin saya memutuskan untuk secara serius belajar Kanji. Jumlah karakter Kanji standard yang dipakai di Jepang ada 2.136 biji (joyo Kanji istilahnya). Artinya 99% tulisan dalam Bahasa Jepang, dapat dipastikan menggunakan karakter yang termasuk dalam 2.136 itu. Kalo kita hafal/ngerti arti 2.136 kanji tersebut, berarti mau baca tulisan apapun, pasti secara garis besar bisa ngerti. Tapi kalo nggak hafal satupun, walopun grammar Bahasa Jepang-nya udah tingkat dewa-dewi, baca tulisan apapun dijamin nggak bisa. Jadilah 5 bulan lalu, saya me...

Seminar dan Bahasa Inggris

Saya baru saja selesai seminar di Lab. Sebagai peserta, bukan pembicara. Seminar kali ini, somehow, interesting. Ceritanya, acara seminar ini rutin diadakan setiap hari Kamis. Pesertanya adalah anggota lab (yang terdiri 3 orang mahasiswa S1 tahun akhir, 4 orang mahasiswa S2 tahun pertama, 3 orang mahasiswa S2 tahun kedua, 2 orang mahasiswa doktor tahun ke-2 dan 2 research student). Setiap anggota lab dapet giliran presentasi sekali atau 2 kali dalam 1 semester. Topik presentasi bebas, tapi HARUS bersumber dari jurnal internasional berbahasa Inggris dan yang berhubungan dengan topik yang sedang diteliti. Jadi, kalo lagi neliti dengan citra MRI untuk organ pernafasan, nggak relevan banget kalo di seminar membahas tentang perjalanan ke Gunung Bromo. Juga nggak boleh kalo topik presentasinya diambil dari majalah Trubus ato koran Surya, apalagi kalo sampe kopi-paste thread di kaskus. HARUS jurnal internasional. Tujuannya, agar si presenter belajar memahami bagaimana si penulis jurnal melaku...