Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Gravity Assist: Stocks Market

Gambar
Mungkin ini disebut sebagai beginner's luck, atau kebetulan, atau masuk di momen yang tepat, atau apapun. Saya menyebutnya sebagai gravity assist. Gravity assist adalah suatu gaya yang akan mendorong kita menuju ke tujuan kita dengan lebih cepat. Tujuan saya adalah financial independence (masa di mana semua kebutuhan dapat dipenuhi dari aset-aset yang ada). Ibarat kita akan ke Pluto yang berjarak 5 miliar KM, kita akan butuh gravity assist dari planet-planet yang dilewati agar kita gak perlu menggunakan tenaga sendiri untuk bergerak. Biarkan planet (yang sudah punya gaya gravitasi) menarik kita agar kita bisa lebih cepat sampai ke tujuan. Gravity assist. Ini salah satu gravity assist saya: pasar modal. Bulan April tahun ini, saya tak sengaja terekspos tentang stocks market dari salah seorang Youtuber, Kevin Stratvert (https://www.youtube.com/c/KevinStratvert). Sejak saat itu, saya tidak lagi memandang sebelah mata untuk pasar modal (dan bisa melihat potensi penghasilannya). Kalau s

Misi 5 Miliar Kilometer

Gambar
Judulnya bukan mimpi 1 juta dolar, terlalu mainstream. Ini cerita tentang mimpi saya. Ceritanya dimulai dari sebuah wahana angkasa bernama New Horizons. Wahana ini diluncurkan oleh NASA tahun 2006 dengan sebuah misi penting bagi peradaban umat manusia, yaitu mengamati (mantan) planet Pluto yang berjarak 5 miliar kilometer jauhnya dari bumi. Disebut mantan karena Pluto secara resmi tidak dapat dikategorikan sebagai planet. Apa perlunya mengamati Pluto? Bagi saya nggak penting, tapi entah bagi para ilmuwan di NASA sono. Mungkin ada informasi yang begitu pentingnya sampai perlu mengamati Pluto dari jarak dekat.  LIMA MILIAR KILOMETER dari bumi itu jauh sekali... Nggak bisa ditempuh dengan naik gojek - apalagi jalan kaki. Bagaimana wahana New Horizons ini dirancang agar bisa menuju ke Pluto itu yang menarik perhatian saya. Pertama, wahana ini diluncurkan dengan ditumpangkan roket di bulan Jan 2006. Tujuan agar wahana ini bisa terlempar dan lepas dari gravitasi bumi. Kalau belum lepas dari

Studi Lanjut Dengan Keluarga (?)

Gambar
Beberapa minggu lalu, seorang kolega di tempat saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S3-nya ke Korea. Tentu saya ikut senang dengan semakin banyaknya kolega yang lanjut studi ke luar negeri. Rekan saya ini, masih muda (setidaknya lebih muda dari saya) dan sudah berkeluarga. Setahu saya, beliau berangkat sendiri ke Korea tanpa ditemani istri. Saya mengalami masa itu. Masa di mana saya mendapatkan beasiswa studi lanjut ke luar negeri. Saya mendapatkan pengumuman penerimaan beasiswa itu... kapan ya? Mungkin sekitar awal tahun 2010 - di kondisi belum menikah. Pilihannya tentu lanjut studi dalam kondisi masing single atau menikah sebelum keberangkatan di bulan September. Saya (kami) memutuskan untuk menikah dulu sebelum berangkat. It turns out to be the best decision. Bulan Juli 2010, kami menikah  dan bulan September kami bersama-sama berangkat ke Jepang. Selama 5 tahun di Jepang, saya mengalami fase live as a husband, live as a single, live as a father with 1 child dan live as

September 2010 - 2015 - 2020

Gambar
Ini siklus 5 tahunan saya. Siklus di mana terjadi perubahan besar dalam hidup - seperti roller coaster yang tiba-tiba berkelok. Siklus 5 tahun pertama: September 2010  Baru menikah beberapa bulan lalu pindah ke belahan dunia lain. Pindah ke Jepang karena saya lanjut studi. Rencananya 3.5 tahun di sana, tapi ternyata "saya kerasan" hingga baru September 2015 (5 tahun kemudian) baru selesai studi - dan kembali ke Indonesia. Tokyo Disneyland (Summer, 2010) Jembatan Shinkyo (Spring, 2015) Kalau saya renungkan, kesempatan studi doktoral di Jepang (yang kemudian harus tinggal selama 5 tahun di sana, melahirkan anak sulung di sana, mengasuh 2 anak sampai usia 3 dan 1.5 tahun dan bisa mengajak orang tua untuk jalan-jalan ke Jepang) adalah sebuah life-changing momentum. Langka dan peluang untuk momentum tersebut datang kembali di kemudian hari sangat - sangat - sangat kecil.  Tidak semua orang berhadapan dengan momentum kesempatan studi doktoral di luar negeri. Kalaupun sudah berhadap

Perpanjangan STNK 5 Tahunan

Besok, 17 Sept, STNK motor Beat akan habis. Ini tahun ke-5 pembayaran pajak motor, yang berarti harus diurus ke Samsat untuk mendapatkan pelat nomor baru. Awalnya agak ragu mau mengurus penggantian pelat nomor ini. Kebayang antrian banyak orang (di tengah masa pandemi) dan proses yang lama. Tapi ya akan lebih repot ke depannya kalau nggak segera diurus.  Jam layanannya adalah jam 8,00-12.00. Pilihannya ngurus pagi sekali - atau siang sekali dengan resiko tidak dilayani karena sudah tutup. Saya pilih ngurus siang sekali, karena paginya masih perlu nyiapkan anak-anak yang masih sekolah daring. Saya tiba jam 11-an di Samsat Malang (Jl. S. Supriadi No.80, Sukun). Tempat pertama yang saya tuju adalah fotokopian terdekat untuk memfotokopi KTP, STNK dan BPKB asli. Gak usah masuk dulu, berkas dilengkapi dulu aja. Mas fotokopi-nya tahu harus difotokopi berapa kali dan sekaligus dibendelkan dalam map biru. Langsung ditotal habisnya di angka Rp. 10.000,- Dari fotokopian, baru masuk ke Samsat. Kar

Megumi Elisha Swastika

Gambar
Ini tentang anak perempuan saya, Megumi Elisha Swastika. Namanya masih pakai nama Jepang, karena istri hamil waktu kami sedang di Jepang. Dengan berbagai pertimbangan (terutama anak pertama yang masih berusia 1 tahun), kami memutuskan untuk melahirkan Megumi di Indonesia. Jadi, istri balik ke Indonesia ketika sedang hamil 3 bulan. Saya gimana? Ya nganterin aja, seminggu di Indonesia lalu balik lagi ke Jepang. Siap-siap 6 bulan lagi, saat kelahiran, kembali ke Indonesia. Akhirnya Megumi lahir di bulan Mei 2014. Kelahirannya yang super cepat. Saat tiba di RS dini hari, susternya melihat kondisi istri sudah siap melahirkan. Air ketuban pecah, dan kondisi (ditengarai) sungsang karena suster melihat tangannya yang akan keluar dulu. Dokter ditelepon, tapi masih dalam perjalanan. Ketika di-bed dan akan dipindah ke ruang op, tahu-tahu si Megumi ini sudah nongol - keluar gitu aja. Sungsangnya bagaimana? Nggak tahu. Kami menganggap proses kelahiran ini sebagai mujizat kelahiran. Itu foto Megumi