Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Bangga Jadi "Indonesian"?

Genap empat bulan saya tinggal di negara orang. Seumur2, saya belum pernah meninggalkan Indonesia sampe berbulan-bulan (bahkan berencana sampe bertahun2) untuk menetap di negara lain. Dan sekarang, status saya adalah orang asing, foreigner, gaikoku-jin (dalam bahasa Jepang). Some Japanese menyingkatnya menjadi "gaijin" untuk merendahkan status sosial orang2 asing yang tinggal di Jepang (sama seperti orang Malaysia yang memanggil orang Indonesia dengan sebutan "Indon" ato orang bule yang nyebut orang kulit hitam dengan "Nigger" - diskriminasi untuk menyebut status sosial yang lebih rendah dari dirinya). Menjadi orang asing di negara lain bener2 pengalaman yang unik. Negara asal kita akan menentukan bagaimana orang asli memandang kita. Prejudice hampir tidak bisa dihindari saat kita menyebutkan asal negara kita. Ketika menyebutkan "I'm from Indonesia " ato "Indonesia-jin desu", kira2 bagaimana pandangan mereka? Saya nyaris tidak bisa

Kenapa Ph. D butuh 3 tahun (part 1)

Dulu saya bertanya2 (ke diri sendiri)... S3 itu belajar apa sih, kok sampe belajarnya minimal 3 taon? Apa nggak lebai belajar 1 bidang aja sampe butuh waktu 3 taon. Tiga minggu terakhir saya jadi sedikit "ngeh" kenapa S3 butuh waktu 3 taon (ato bisa jadi lebih). Ceritanya, saya baru saja nyelesaikan paper pertama... Judulnya: " Compressed Sensing for MR Imaging of Respiratory Organ with Partial Random Circulant Matrices ", abstraknya (yang nggak relevan buat ditulis di blog ini - tapi karena saya yg punya blog, jadi I'll write anyway) berbunyi kayak gini: " The use of Circulant matrix as the sensing matrix in compressed sensing (CS) scheme has recently been proposed to overcome the limitation of random or partial Fourier matrices. Aside from reducing the computational complexity, the use of circulant matrix for MR image offers the feasibility in hardware implementations. This paper presents the simulation of compressed sensing for MR imaging of respirator

Skema Beasiswa DIKTI

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) merupakan direktorat yang paling sakti untuk mengatur seluruh perguruan tinggi se-Indonesia Raya. Hidup-matinya suatu perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, ada di tangan DIKTI. Kalo misalnya tiba-tiba DIKTI mengeluarkan peraturan bahwa seluruh universitas yang berawalan "M" harus ditutup, maka detik itu juga saya jadi jobless. Tapi aturan semacam itu tidak pernah muncul... Salah satu isu yang menjadi concern DIKTI adalah tentang sumber daya dosen. Sesuai dengan UU nomer [entah berapa] tentang pendidikan nasional, dosen diwajibkan memiliki strata pendidikan minimal satu tingkat lebih tinggi dari para mahasiswa yang diajarnya. Dosen yang ngajar mahasiswa S1 wajib memiliki gelar S2. Dosen yang ngajar mahasiswa S2 wajib memiliki gelar S3, dan dosen yang ngajar mahasiswa S3, wajib memiliki gelar S4. Nah, mari berbicara fakta. Tahun 2009, dari 150rb dosen yang ada di Indonesia, ternyata yang memenuhi persyaratan tersebut hanya 57