Gurauan (nggak) lucu

Ada pelajaran penting yang saya dapatkan ketika masih kelas 2 SMP. Waktu itu pelajaran Bahasa Indonesia. Topiknya pantun. Di buku teks ada sebuah contoh pantun jenaka yang sampai sekarang saya ingat:


Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga


Bapak guru kami, (Alm) Pak To, mengatakan bahwa pantun ini contoh yang jelek. Karena saya suka dengan bahasa, saya tertantang untuk mengamat-amati di mana letak jelek-nya pantun ini. Secara aturan, pantun di atas mengikuti kaidah pantun yang berlaku, 2 sampiran dan 2 isi serta memiliki rima a-b-a-b. Sepertinya tidak ada masalah dengan pantun itu.

Ternyata masalahnya bukan pada kaidah pantun-nya, tapi pada isi pantun-nya. Bapak guru kami mengatakan bahwa isi pantun ini tidak sopan karena menghina orang sumbing. Beliau mengatakan, orang memiliki kekurangan, tapi malah dijadikan bahan gurauan itu tidak sopan.

Saya setuju. Hari itu saya belajar pelajaran penting - dan berjanji dalam hati untuk tidak membuat  gurauan yang mengeksploitasi kekurangan/cacat yang dimilliki orang lain.

Tapi ada waktu ketika secara nggak sengaja saya melontarkan gurauan semacam itu... Saya pernah melontarkan gurauan ke teman dekat saya (yang punya berat badan di atas normal) dengan mengatakan bahwa produk jamu penambah berat badan akan laku keras kalo dia bintang iklannya. Yang mendengar bisa tertawa terbahak-bahak, termasuk teman saya itu... tapi  kemudian saya menyesal kenapa sampai terlontar gurauan dengan menjadikan kekurangannya sebagai objek kelucuan. Saya yakin bahwa sebenernya dia juga nggak kepingin punya berat badan yang berlebihan... Apalagi kalau sampai hal itu dijadikan bahan olok-olok. Saya menyesal.

Ketika Blackberry menjadi populer di Indonesia, saya banyak mendengar olok-olok serupa terhadap pengguna Blackberry yang terlalu sibuk ber-BBM-an. Istilahnya adalah, "BB bikin orang autis", atau sering terlontar "Oh sekarang udah pake HP autis itu?". Mungkin iya bahwa pengguna BB jadi sibuk ber-BBM-an (chatting/surfing internet/dll) sehingga kurang memperhatikan dunia sekitarnya. Tapi menggunakan kata "autis" adalah gurauan yang tidak sopan. Si pencetus gurauan "BB bikin orang autis" tentu tidak akan berani sembarangan menggunakan kata "autis" sebagai gurauan kalau dia tahu persis betapa sulit,  betapa besar waktu, tenaga, dan uang yang harus dikorbankan oleh orang tua yang memiliki anak autis.

Biarkan istilah "autis" (atau cacat-cacat lain, termasuk gemuk, hitam, pendek, kurus, tinggi, putih) dipergunakan pada tempat yang tepat. Bukan muncul sebagai bahan olok-olok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial