Sarasehan ala Jepang

Minggu lalu, di lab ada acara training camp ato istilah aslinya adalah Gassyuku (合宿). Kalo dicari di kamus, arti yg muncul adalah training camp. Tapi nggak bener2 pas, karena yg kami lakukan bukan camp atau kemah di hutan. Mungkin istilah yang paling mendekati dalam bahasa Indonesia adalah "sarasehan".

Kami, seluruh anggota lab, pergi ke Nagoya, 4 jam perjalanan dari Tokyo. Menginap selama 3 hari 2 malam di sebuah penginapan tradisional. Penginapannya sangat alami. Di depan penginapan, ada danau yg luas dan disekeliling nampak hijaunya pengunungan.

Seperti budaya orang Jepang pada umumnya, acaranya tentu nggak cuman duduk2 menikmati pemandangan alam ato main2 sepanjang hari. Anggota lab (yang berjumlah 14 orang) dibagi jadi 3 tim yg diberikan suatu topik untuk dipresentasikan dan didiskusikan dalam 2 sesi. Tapi never mind tentang presentasi dan diskusi itu...

Ada banyak pelajaran yang saya dapatkan selama Gasyuku, yang merupakan acara tahunan lab ini:
  1. Untuk pertama kalinya saya berendam di onzen. Yg disebut onzen adalah kolam air panas di mana orang2 yg berendam di dalamnya harus TELANJANG bulat. Benar-benar bulat, nggak boleh lonjong atau oval. Butuh nyali besar untuk melakukannya - karena dari tempat melepas baju sampai ke kolam onzen, jaraknya sekitar 20 meter. Sebelum masuk ke kolam onzen, diwajibkan mandi di public bath. Sekali lagi, dibutuhkan nyali untuk mandi bersama dengan orang-orang yang tidak dikenal dalam keadaan telanjang. 
  2. Salah satu sesi di Gasyuku ini adalah sesi olahraga. Di jadwalnya tertulis olahraga Tenis. Sebagai orang Indonesia, saya membayangkan acara sport ini adalah acara santai. Mungkin sebagian pegang raket. Sebagian lagi duduk-duduk sambil ngobrol. Sebagian lari-lari ngejar bola, mukul bola nggak jelas arahnya. Lalu bola akan berterbangan ke sana kemari.  Ternyata nggak begitu. Jadwal pertandingan tenis sudah disusun dengan rapi. Siapa berpasangan dengan siapa dan siapa berhadapan dengan siapa. Sistem kompetisi diterapkan, masing-masing pasangan akan berhadapan dengan setiap pasangan yang lain tepat sekali. Jadi setiap tim akan bermain sebanyak 6 kali (berhadapan dengan pasangan yang berbeda). Detail dan sangat terencana. 
  3. Semua jadwal yang tertulis, dilaksanakan dengan sangat tepat waktu. Sesi diskusi pertama dimulai pukul 9, maka tepat pukul 9 semua telah berada di ruangan dan moderator mulai membuka acara. Demikian juga selesainya. Makan malam mulai pukul 18, maka tepat pukul 18 semua tiba di ruang makan. Acara party pukul 20, maka tepat pukul 20 semua telah tiba di tempat dan party dimulai. 
Saya membayangkan kalau orang Jepang tinggal di Indonesia, mungkin akan stress. Dapet undangan rapat RT yang tertulis jam 18.00, tapi bapak-bapaknya baru muncul pk. 19.00 - itupun mungkin masih belum dimulai. Masih ngobrol ngalor ngidul. Kalo di undangan ditulis waktu: 18.00-selesai, maka "selesai" itu suatu variabel yang nggak bisa dipastikan. 

Ada pemeo yang bilang, "Orang Jepang itu menulis apa yang akan dikerjakan dan mengerjakan apa yang ditulis." Sisi positifnya adalah pekerjaan akan menjadi rapi dan masing-masing tahu apa yang menjadi tugasnya. Tapi ketika ada hal di luar jangkauan, ada kasus yang belum tertulis, maka spontanitas untuk mengatasi masalah yang belum tertulis tersebut jelas jadi masalah besar bagi mereka. 

Di Indonesia? Apa aja bisa. Mau tertulis, mau nggak tertulis, mau detail, mau nggak detail, orang-orangnya akan cukup fleksibel.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial