Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2010

(Incomplete)Christmas-Story Session 1

So... I was wondering. Bagaimana hebohnya sorga saat Bayi itu hendak dilahirkan? Here's the imagination of a-lonely-story-teller-during-Christmas-day-2010-in-Japan. ---- Part 1: Jejaring sosial malaikat Sejak awal dijadikan, setiap malaikat punya fungsi tertentu. Mereka punya profil siapa dia, apa tugasnya, dan spesialisasi yang dipunyainya. Dan mereka tergabung dalam sebuah jejaring sosial malaikat. That's how they communicate with each others. Biasanya, setelah selesai bertugas di bumi, para malaikat saling share status dan foto-foto aksi mereka saat di bumi - lalu rame2 dikomentari oleh malaikat lain. ( and... one day, ide tentang jejaring sosial semacam ini menginspirasi seorang anak muda yang kemudian diwujudkan menggunakan teknologi internet yang menjadikan anak muda tersebut dinobatkan sebagai people of the year 2010 oleh majalah Times, you-kn0w-who-he-is ). Part 2: Sometime - somewhere in heaven (estimated earth time: 4-6AD, 2000 years ago) Rencana kelahiran Bayi itu me

Tagihan Air

Jadi, kemaren tiba2 ada surat di kotak pos saya. Seperti biasa, ditulis dengan rapi dalam bahasa Kanji. Tidak ada petunjuk itu surat apa. Yang bisa saya baca, tentunya adalah angka. Ada angka 1.257 dan diikuti simbol untuk mata uang yen. Angka tersebut punya dua kemungkinan, (1) Saya dapat uang 1.257 yen. (2) Saya disuruh bayar 1.257 yen. Tentu kemungkinan ke-1 lebih menyenangkan ketimbang kemungkinan ke-2. Tapi mengingat saya nggak pernah pasang lotere dalam bentuk apapun, saya mengeliminasi kemungkinan pertama. Jadi tinggal kemungkinan ke-2, yaitu saya harus bayar 1.257 yen. Pertanyaan berikutnya adalah, kenapa. Pertanyaan itu tidak mudah dijawab jika tidak ada petunjuk angka "5m (kubik)" yang muncul di dekat 1.257 yen. Jadi saya menyimpulkan itu adalah tagihan untuk sesuatu yang saya pakai sebanyak 5m (kubik). Jelas itu bukan tagihan listrik, karena saya nggak pernah pakai listrik dengan menggunakan satuan meter kubik. Saya menggunakan listrik dalam satuan kilo watt hour

Selamat Ulang Tahun

Saya nggak lagi ulang tahun. Juga nggak lagi dapet ucapan selamat ulang tahun ato kepingin dikasi ucapan ulang tahun. Dan sedang nggak ada rencana ngucapkan selamat ulang tahun... Emang sekarang ada yang lagi ulang tahun? Ya pasti ada... Cuman saya nggak tau siapa. Lalu kenapa judul postingnya selamat ulang tahun? Ceritanya begini... Dulu, waktu saya masih kecil , saya ngerasa sedikit bangga/senang kalo ada yang ngasi ucapan selamat ulang tahun (plus kado) ke saya. Siapapun dia, pasti dia nganggep saya spesial sampe mau "merepotkan" diri mengingat ato mencatat hari ulang tahun saya. Mau repot menemui saya untuk ngasi ucapan ke saya (secara waktu itu nggak ada hape). Tapi sejak munculnya berbagai gadget dengan fitur reminder, nilai dari memberi ucapan selamat ulang tahun menjadi turun. Siapapun yang punya hape, bisa dengan mudah mencatat ulang tahun temannya. Pada hari-H, akan muncul reminder bahwa si X sedang ulang tahun hari ini. Si empunya HP, yang tadinya nggak sadar kalo

(Kisah) Belajar Bahasa (Jepang) - part 3

Belajar bahasa membutuhkan kerja keras. Nggak bisa sekedar masuk kelas, mendengarkan guru menjelaskan, menghafalkan vocab dan mencontek pe-er teman, tiba2 bisa berbahasa dengan baik... Ada kerja keras lain yang dibutuhkan. Beberapa hari ini, saya mulai mengubah metode belajar bahasa Jepang. Mungkin selama ini usaha saya belajar Bahasa Jepang kurang keras... Jadi saya mulai menambah porsi belajar saya. Dari yang awalnya hanya 100 menit per hari tatap muka dengan dosen, saya tambah 3-4 jam sehari dengan belajar secara mandiri. Seriously... Pulang dari Lab, sekitar jam 7 ato jam 8 malem. Sebenernya saya sudah capek... Tapi alih-alih istirahat, sambil nyiapkan makan malam, saya belajar... Sambil makan saya belajar. Selesai makan, saya lanjutkan. Beberapa hari ini, saya selalu menambah porsi belajar Bahasa Jepang di malam hari minimal 3 jam non-stop. Kemarin saya bahkan tidur jam 1 pagi. Capek belajar keras kayak gitu? Jujur, kadang saya capek... Saya bahkan bisa nangis sendiri di tengah2 b

Live by faith

Note seorang teman di FB tentang Tuhan membuat saya merenung sepanjang pagi. Nggak peduli seberapa pintar (ato bodoh, kaya, cakep, jeleknya) kita, kita tetep manusia yang terbatas. Pengelihatan kita terbatas. Kita cuman bisa melihat benda yang memantulkan cahaya. Orang fisika bilang, mata kita hanya bisa menangkap gelombang elektromagnet yang panjang gelombangnya 400-700nm ato istilah mereka visible light. Gelombang lain dengan panjang gelombang di luar itu, sudah nggak bisa ditangkap oleh mata kita. Waktu masak pake Microwave, gelombangnya microwave (yang juga termasuk gelombang elektromagnetik) udah nggak bisa ditangkap oleh mata - tau2 masakannya jadi anget. Gelombangnya radio, televisi, ato hape juga nggak kedeteksi mata, tau2 radionya bisa bunyi, televisinya bisa menghasilkan gambar, hape-nya bisa buat komunikasi. Gelombangnya ada, tapi mata manusia nggak bisa nangkep. Pendengaran kita terbatas. Ada syarat yang harus dipenuhi kalau kita mau mendengar sesuatu. Harus ada sesuatu yan

(Kisah) Belajar Bahasa (Jepang) - part 2

Sebenarnya ya... Sebenarnya saya agak frustasi belajar bahasa ((di) Jepang). Sudah tinggal 10 minggu di Jepang, dan genap 8 minggu ikut kelas intensif Bahasa Jepang Basic I (seminggu 5x @ 100 menit, diajar langsung oleh profesor dan native speaker pula!) tapi waktu di lab, ketemu dengan teman2 Jepang, boro2 ngomong, dengerkan mereka ngomong aja nggak bisa nangkep... Entah versi bahasa Jepang berapa yang diucapkan temen2 lab saya itu... Hipotesa saya, teman2 lab saya melakukan persetongkolan jahat dengan menggunakan bahasa yang mereka ciptakan sendiri. Mereka tidak berbicara dalam bahasa Jepang. Mereka punya encoder di pita suara mereka, sehingga waktu mereka berbicara, suara yang muncul bukan Bahasa Jepang, tapi bahasa acak yang memang tidak bisa dimengerti. Sementara yang mendengar, punya decoder di telinga mereka. Begitu sinyal suara itu masuk di telinga, segera di-decode sehingga bisa dimengerti. Saya sengaja tidak diberi both encoder dan decoder itu sebagai salah satu bentuk o

(Kisah) Belajar Bahasa (Jepang) - part 1

Hari ini, genap sudah 2 bulan saya ikut kelas Bahasa Jepang. Lama course-nya 100 menit setiap pertemuan. Ada 4 guru berbeda yang ngajar, tapi murid2nya selalu sama. Salah satu gurunya sudah menunjukkan sikap tidak bersahabat dengan cara nggak mau menjelaskan dalam Bahasa Inggris kepada para murid yang jelas2 masih cupu dalam Bahasa Jepang. Gara-gara ibu itu, kelas jadi terbagi menjadi 2 kubu, either mengerti sekali yang dijelaskan ato yang blas nggak ngerti. (tolong, nggak perlu cari tau saya masuk di kubu yang mana). Di awal pelajaran, selalu ada kuis vocab atau kuis grammar. Kata salah satu profesor bahasa senior di tempat saya kerja, saya punya kemampuan bahasa yang baik. Dari beberapa test potensi akademik yang pernah saya ikuti, juga menunjukkan hal yang sama (nilai verbal di atas 600 dari nilai penuh 800). Suka menulis posting blog juga mungkin bisa menunjukkan indikasi yang sama. Jadi, obvious bahwa belajar bahasa asing bukan masalah bagi saya... dan kalau ada kuis vocab ato kui