Riset seksi

Hari ini, 1 Oktober adalah awal semester genap. Saya officially resmi menjadi research student periode Oktober 2010-April 2011 di bawah bimbingan Prof. Hideaki Haneshi, Laboratorium Frontier for Center Medical Engineering, Universitas Chiba Nusantara Jaya (UCNJ) (yang belakang itu tambahan aja, biar kliatan nasionalis, hihi2...)

Kemaren diskusi dengan Pak Prof tentang topik riset - dan saat itu baru nyadar bahwa bidang beliau sebenarnya nggak terlalu nyambung dengan computer science yang saya harapkan. Dia pakar di medical imaging (seperti MRI, CT/PET dan teman2nya yang kurang saya kenal dengan baik). Sementara saya belom pakar di bidang apapun... Jadi, ya pantes kalo nggak nyambung, hihi2...

Sebenernya, saya berharap untuk ada di Lab yang topik penelitiannya fokus di pengolahan citra medis yang erat kaitannya dengan kecerdasan buatan (seperti thesis master saya dulu). Tapi di lab ini, penelitiannya lebih ke arah citra medis dari sisi rekayasa, fisika ato matematika - dikit banget sisi computer science-nya (lebih nyambung ke arah engineering ketimbang computer science). Pantesan kemaren seminar nggak bisa nyambung... Topiknya, "An Imaging Spectroscopy Approach for Measurement of Oxygen Saturation and Hematocrit During Intravital Microscopy" - ngetiknya aja udah bikin sakit jari2. Saya cuman bisa bengong selama seminar 2 jam (karena nggak ada kena-mengena-nya dengan computer science, pake Bahasa Jepang pula!).

Waktu diskusi kemaren, Pak Prof-nya ngasih saran riset di bidang computer science...Topik besarnya tentang "Compressed Sensing" - yang merupakan bidang baru di computer science. Intinya adalah melakukan rekonstruksi sinyal (bisa berupa citra ato sinyal lain, seperti sinyal hape, radio, tv) dari sinyal yang low-res menjadi sinyal yang hi-res. Salah satu penerapan praktisnya di bidang medis. Misalnya ada pasien yang organ pernapasannya hendak dipindai (di-scan) menggunakan MRI, maka pasien tersebut HARUS bisa menahan nafasnya selama proses pemindaian (scanning). Otherwise, hasil pemindaian MRI akan kabur ketika ada pergerakan dari organ pernapasan. Nah, di sini compressed sensing memegang peranan penting.

Dari hasil pemindaian yang cepat (agar pasien nggak keburu mati karena disuruh menahan nafas terus2an), akan didapatkan MRI yang "under-sampling" atau kualitasnya kurang baik (sementara untuk mendapatkan pemindaian dengan resolusi tinggi, pasien harus menahan nafas lebih lama). MRI yang "under-sampling" tentu akan menyulitkan radiolog untuk melakukan analisa (lah, gambarnya low-res). Nah, "Compressed Sensing" memegang peranan penting di sini. Masukkan MRI yang "under-sampling" tersebut ke software yang menerapkan "Compressed Sensing", dan pop! akan dihasilkan MRI dengan kualitas ketajaman yang cukup baik untuk dapat dianalisa oleh radiolog. Rekonstruksi citra (ato sinyal) yang under sampling dilakukan secara "magic" oleh "Compressed Sensing". It's a brilliant idea!

Sekilas saya baca, teori dari "Compressed Sensing" ini membuat saya bingung... Di jurnal2 penelitian tentang topik ini selalu melibatkan hitung2an dengan simbol-simbol ajaib seperti y, f, e, |, d, q, d dan tak ketinggalan muncul simbol kebangaan para matematikawan sedunia, ò (integral).

Tapi saya bisa sense ini topik penelitian yang "sexy"... Ya, let's see apa saya akan bergumul dengan those symbols selama 3.5 tahun ke depan. Sekarang saya mau week-end dulu... Mau kencan... Bukan, bukan dengan istri. Dengan mbak "C"...

Mbak "Compressed Sensing" yang "sexy" itu.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial