Going into perfection

Spirit manusia itu terkontaminasi dengan "kotoran" begitu dia dilahirkan di dunia ini. Orang beragama menyebutnya "dosa" - yang diturunkan turun-temurun dan gak pernah habis. Jadi sejak manusia lahir, walaupun physically keliatan bersih, tapi spirit-nya udah terkontaminasi. That's explain kenapa anak kecil cenderung self-centered, bisa bohong walopun nggak pernah ada yang ngajarin. Simply karena spiritnya terkontaminasi dari orang tuanya yang imperfect.

Spirit ini memengaruhi pikiran, dan pikiran memengaruhi tindakan. Tindakan yang dilakukan, juga akan memengaruhi spirit. Jadi seperti mata rantai, spirit yang kotor - memengaruhi pikiran untuk menghasilkan ide2 yang busuk - dan ketika ide busuk itu dilakukan, maka spirit akan semakin terkontaminasi, lalu kembali memengaruhi pikiran, kemudian dilakukan... begitu seterusnya... (Lalu muncullah istilah "ikatan dosa"... Tapi never mind tentang "ikatan dosa")

I came to conclusion that nobody's perfect, kecuali dia dilahirkan dari Perfect-seed (Perfect-spirit) dan dia mampu maintain his-clean-spirit.

So, here we are... Living in an imperfect world and interact with imperfect people... Hasilnya? Konflik, permusuhan, perselisihan, prasangka buruk, negative judgement... Semua karena satu alasan, we're imperfect people. Kalo ada konflik, lalu di-trace back apa penyebabnya, pasti ketemunya karena ekspektasi seseorang terhadap orang lain nggak sebanding. Yang satu expect "A", yang lain melakukan "B".

I have to admit:
  • As a friend, I'm an imperfect friend... (saya bisa cuek dengan teman saya, saya bisa nggak ramah ke teman saya ketika mood saya jelek, i can't maintain my smile all the time, saya bisa egois, saya bisa jengkel, walaupun saya mati2an menahan diri untuk nggak ngomong jelek, saya bisa keceplosan ngomong jelek tentang orang lain).
  • As a husband-gonna-be, I'm also imperfect... (saya bisa nggak care, perkataan saya bisa menyakitkan hati, i can't maintain romantic situation all the time)
  • As a lecturer, I'm reallllyy... realllly imperfect lecturer... (saya bisa dan berpotensi berbuat tidak adil dalam memperlakukan mahasiswa saya, tindakan dan kata2 saya bisa membuat jengkel mahasiswa saya, apa yang saya ajarkan juga bisa banyak kekurangannya karena kebodohan dan ketidak-tahuan saya, cara mengajar saya bisa membuat mahasiswa terkantuk-kantuk karena bosan setengah mati - atau muak, dan saya juga bisa nggak suka dengan mahasiswa yang melakukan tindakan2 tertentu - lalu secara jelas menunjukkan hal itu kepada mahasiswa tersebut)
  • As a part of an (imperfect) organization, I'm imperfect staff... (saya bisa datang terlambat dari jam seharusnya, saya bisa membuat sakit hati rekan saya, saya kesulitan maintain good relationship with all-my-colleagues all the time, saya bisa menyalahi prosedur yang ditetapkan).
Tapi imperfection ini nggak bisa jadi alasan untuk kita melakukan hal2 yang nggak bener. Dunia akan rusak jika kita menggunakan alasan ketidaksempurnaan untuk melakukan hal2 negatif. All we have to do is going into perfection... Sedikit demi sedikit (atau langsung banyak) mengurangi kontaminasi spirit of imperfection... That's human being is all about... Selalu belajar untuk menjadi semakin baik.

Closing part
Sebagai apapun, saya manusia yang tidak sempurna - dan nggak akan pernah sempurna (karena spirit yang terkontaminasi tadi). Jika kata maaf dapat mewakili untuk menebus ketidaksempurnaan saya, saya akan katakan dengan tulus: maaf kepada teman-teman saya, maaf kepada my wife-gonna-be, maaf kepada mahasiswa saya, maaf kepada rekan2 kerja saya, maaf kepada orang tua saya.



Komentar

  1. Wow, what a wonderful thoughts you've wrote here.. :D

    About your closing part: It's true that we can never be perfect, and we have to admit that.
    But have you ever thought of perfecting yourself? You won't just look back, apologize, learn from mistakes, and stop there, will you?

    We have to keep improving ourselves - getting closer to be perfect, although we'll never be.
    Think more about the future, eh? :D

    BalasHapus
  2. we live in an imperfect world. That is why we celebrate christmas. To celebrate the perfect love of God to us - imperfect images of God, imperfect because of sin. So, Merry Christmas! May the love of our Lord Jesus Christ shines in your heart.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Charis National Academy (2)

Mengurus Visa Korea di Jepang

Day care di Jepang dan keadilan sosial